Esposin, SOLO -- Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko Ginting, mengunjungi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI-PT) Teknologi Penyimpanan Energi Listrik (PUI Baterai Lithium) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (7/12/2021).
Dalam kunjungan tersebut, Moeldoko didampingi oleh Rektor UNS Solo Prof. Jamal Wiwoho, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNS Prof. Ahmad Yunus, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UNS Prof. Kuncoro Diharjo, serta Ketua PUI Baterai Lithium UNS Prof. Agus Purwanto.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Dalam sambutannya, Rektor UNS menyampaikan UNS merupakan salah satu perguruan tinggi yang mengembangkan produksi baterai lithium.
"Riset mengenai pengembangan teknologi listrik terutama baterai lithium sudah dilakukan sejak 2012 silam. Baterai ini sudah diujicobakan pada sepeda listrik, motor listrik, dan mobil listrik. Melihat potensi ini, kami optimistis bahwa baterai lithium akan semakin berkembang di Indonesia," ungkap Jamal.
Baca juga: Wah, UNS Solo Bangun Kampus di Jakarta, Dana Sudah Siap Rp50 Miliar
Selain itu, dia juga memberi contoh penggunaan baterai lithium di UNS pada sepeda listrik dan mobil listrik yang digunakan setiap hari Jumat minggu pertama.
Pada kesempatan itu, Moeldoko menyampaikan apresiasi kepada UNS yang berhasil mengembangkan baterai lithium. Ia juga menyampaikan hal tersebut senada dengan komitmen Indonesia dalam COP26 bulan lalu yang akan berupaya menekan emisi guna mengurangi dampak dari perubahan iklim.
"Presiden sangat mendukung industri terbarukan. Ini momentum dan potensi bagi Indonesia untuk melompat lebih jauh lagi dalam industri kendaraan listrik. Apalagi setelah munculnya Perpres No. 55 tahun 2019, semua stakeholder langsung bergerak," tuturnya.
Baca juga: Riset Baterai Kendaraan Listrik, UNS Solo Dapat Saran Ini dari Moeldoko
Sementara itu, Agus Purwanto menjelaskan mengenai baterai lithium yang telah diproduksi. Ia mengatakan proses pengujian baterai listrik ini memerlukan fasilitas yang sesuai dengan standar nasional.
"Sertifikasi baterai harus disesuaikan dengan kebutuhan nasional. Jadi, tidak menganut sistem yang berbeda dari yang diujikan supaya yang diujikan tidak berbeda jauh dari yang dibutuhkan dalam skala nasional. Jadi kembali ke kemampuan kita, baik itu pembuatan dan produksi," tambah Agus.