Esposin, KULON PROGO -- Bandara Yogyakarta Internasional Airport atau New Yogyakarta International Airport (NYIA) Kulonprogo yang berlokasi di Temon, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memiliki lokasi yang dekat dengan bibir pantai selatan. Amankah jika suatu saat tsunami datang?
Runway atau landasan pacu Bandara YIA Kulonprogo yang memiliki ketinggian bidang 4 meter di atas pemukaan laut ini hanya berjarak 400 meter dari bibir pantai. Dekatnya landasan pacu dengan garis pantai membuat masyarakat bertanya-tanya apakah Bandara YIA Kulonprogo aman dari sapuan gelombang tsunami.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Hal ini mengingat 59,5 kilometer garis pantai di Indonesia, termasuk DIY, rawan bencana tsunami.
Hore! Pengangguran Segera Digaji Negara
Menjawab hal tersebut, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menegaskan beberapa bandara di pesisir telah diperkuat untuk menghadapi kemungkinan bencana alam, termasuk Bandara YIA Kulonprogo.
"Saat ini di sudah ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta [Bandara YIA]. Selain itu, tentu ada provinsi-provinsi lain, seperti Bali yang sudah memulai dan yang relatif paling siap. Kemudian Sumatra Barat, Aceh, dan Makassar. Nanti menyusul beberapa daerah lain secara bertahap," ungkap Dwikorita yang dikutip dari Antara, Rabu (20/11/2019).
Jalur Tunanetra Zigzag di Jl. Ir. Sutami Solo Dibongkar dan Ditata Ulang
Bahkan, Dwikorita mengklaim terminal dan landasan pacu Bandara YIA sudah dirancang untuk menghadapi gempa hingga magnitudo 8,8 dan tsunami setinggi 10-15 meter. Selain itu, Bandara YIA memiliki konsep untuk jadi shelter bagi warga sekitar ketika terjadi bencana.
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia Harkunti Pertiwi Rahayu menuturkan tim pakar dan juga BMKG telah melakukan studi lanjutan ke beberapa negara agar Bandara YIA tahan gempa dan tsunami.
Main di Sungai Malam-Malam, 4 ABG Sragen Temukan Anak Buaya
"Jadi, itu sebetulnya bukan suatu hal yang perlu kita takuti asal kita bisa berikhtiar dengan baik. Engineering adalah salah satu solusi dan social engineering adalah solusi terbaik yang bisa kami kolaborasi bersama," tambah Harkunti Pertiwi.
Reuni 212 Dihadiri 1 Juta Umat? Panitia Klaim Bukan Gagah-Gagahan