Saat frekuensi radio memutar lagu dangdut, anak-anak dengan spontan langsung berteriak sambil menggoyangkan badannya, tetapi ketika frekuensi radio diubah pada siaran berita, goyangan badan mereka terhenti dan raut muka mereka berubah serius sambil dengan seksama mendengarkan apa yang diucapkan penyiar radio.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Sebanyak 30an siswa kelas V SDN Gemunggung 1 itu sedang bersama-sama mendengarkan radio untuk merayakan Hari Radio Indonesia yang diperingati tiap 11 September. Selain mendengarkan radio bersama, mereka pun mendapatkan penjelasan mengenai sejarah radio di Indonesia yang disampaikan oleh praktisi Radio Republik Indonesia, Ari Purnomo. “Radio menjadi alat komunikasi sekaligus alat perjuangan saat perang kemerdekaan Indonesia,” jelasnya di hadapan anak-anak.
Radio pertama yang ada saat masa Perang Dunia II di Solo adalah Solosche Radio Vereneging (SRV) atau Radio Kerakyatan Solo yang didirikan oleh Mangkunegoro VII pada 1938. Itu menjadi satu-satunya radio sebagai sumber informasi bagi masyarakat, juga berfungsi untuk memberikan semangat nasionalisme kepada masyarakat Indonesia, dengan menyisipkan misi-misi perjuangan dalam setiap siarannya.
Setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 11 September 1945, dibentuklah Jawatan Radio Republik Indonesia yang sampai saat ini masih berdiri dan tetap eksis mengudara. “Sejak saat itulah diperingati sebagai Hari Radio Indonesia,” jelasnya.
Salah satu peserta, Aldino Riyansen, mengaku hampir setiap hari mendengarkan radio, karena ia banyak program radio yang ia sukai, salah satunya pemutaran lagu-lagu favoritnya. “Di radio bisa dengerin banyak lagu selain itu acaranya juga banyak,” paparnya.
Berbeda dengan Aldino, Gholam Maulana, menjelaskan dirinya sangat jarang mendengarkan radio, karena di rumahnya tidak ada radio. Selain itu ia mengaku lebih menyenangi program-program televisi. “Lebih suka nonton kartun di TV,” jelasnya dengan antusias.
Mengenai perkembangan teknologi informasi saat ini, Ari mengaku tetap optimistis kalau radio akan tetap eksis dan memiliki pendengar setia. “Apalagi sekarang fungsi radio tak hanya sebagai alat komunikasi dan informasi, tetapi juga sarana hiburan dan edukasi,” jelasnya.