Esposin, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram karena banyak menterinya yang doyan beli barang-barang impor.
Padahal, barang-barang yang diimpor itu juga diproduksi di dalam negeri. Salah satu yang disoroti Jokowi adalah impor meja kursi serta laptop di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Saking geramnya, Jokowi tidak segan-segan untuk me-reshuffle menterinya yang tidak becus bekerja.
Baca Juga: Anak Buah Doyan Impor, Jokowi: Bodoh Banget!
"Hati-hati, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tadi pagi saya cek baru Rp2 triliun, ini kelihatannya ada yang enggak semangat di dalamnya, di kementerian,” kata Jokowi saat menyampaikan arahan tentang aksi afirmasi bangga buatan Indonesia, dikutip Esposin dari YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (26/3/2022).
Salah satu barang yang diimpor adalah bangku dan laptop di Kemendikbudristek yang dipimpin Menteri Nadiem Makarim.
"Masa beli bangku, beli kursi mau impor kita. Laptop, mau impor kita. Kita sudah bisa bikin semuanya itu, sudah bisa bikin semuanya. Sudahlah, jangan diterus-terusin," ujar Jokowi dengan raut muka kesal.
Jokowi menyatakan Menteri yang kinerjanya tidak meningkat akan ia reshuffle. "Kementerian ya sama saja itu, tapi itu bagian saya, reshuffle sudah. Heh saya itu, kayak gini enggak bisa jalan. Sudah di depan mata, uangnya ada, uang-uang kita sendiri, tinggal belanjakan produk dalam negeri saja sulit," ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Ditelepon Presiden Prancis hingga China, Ada Apa Ya?
Sebelumnya diberitakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram luar biasa karena banyak barang impor masuk ke Indonesia padahal produksi di dalam negeri banyak.
Barang-barang impor yang sebenarnya banyak diproduksi di dalam negeri tersebut antara lain alat-alat tulis, alat-alat pertanian hingga alat-alat kesehatan.
Presiden menyebut impor itu sebagai tindakan bodoh. Saking geramnya, Jokowi langsung melarang saat di sela-sela pidatonya ada menteri dan kepala daerah yang bertepuk tangan.
Luapan kekesalan Presiden itu terlihat di video yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (25/3/2022). Saat itu Jokowi sedang menyampaikan arahan tentang aksi afirmasi bangga buatan Indonesia yang digelar di Bali.
Baca Juga: Jokowi Marah Jadi Bahan Gunjingan Negatif di Media Sosial
Dalam acara yang dihadiri jajaran menteri, pemerintah daerah dan direksi BUMN itu, Jokowi menyampaikan persoalan yang menjadi perhatiannya, yaitu terkait masalah impor.
Raut wajah Jokowi terlihat sangat kesal. Ia mengetahui masih banyak kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang doyan produk impor ketimbang produksi dalam negeri. Barang-barang yang diimpor itu antara lain kamera CCTV, seragam dan sepatu untuk tentara dan polisi, alat kesehatan, ranjang untuk rumah sakit.
"Ini kan 2 persen lebih. Enggak usah cari ke mana-mana, enggak usah cari investor. Kita diem aja tapi konsisten membeli barang-barang yang diproduksi pabrik-pabrik kita, industri-industri kita, UKM-UKM kita. Kok tidak kita lakukan?" tanya Jokowi dengan nada tertahan. Bodoh sekali kita kalau tidak melakukan ini. Malah beli barang-barang impor. Mau kita teruskan? Endak!" tandas Jokowi yang memberi penekanan suara saat melontarkan kata 'bodoh'.
Baca Juga: Jokowi Marah, Luhut Sebut PLN Harus Dipimpin Sosok yang Mengerti Teknologi
Menurut Jokowi, jika kebiasaan impor terus dijalankan itu artinya Indonesia memberi banyak pekerjaan kepada negara lain. Padahal, barang yang diimpor itu bisa diproduksi di dalam negeri oleh anak-anak bangsa.
"Kita belokkan ke sini. Jangan impor lagi. Tadi sudah dihitung, bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan di sini. Kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi, bodoh banget kita ini," ujar Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan beberapa orang.
"Jangan tepuk tangan, karena kita belum melakukan. Kalau nanti semua melakukan, ada Rp400 triliun lebih, baru silakan tepuk tangan," katanya.
Baca Juga: Jokowi Mengaku Kesal Namanya Muncul di Soal UN
Mantan Gubernur DKI itu menyebut anggaran pemerintah pusat sebesar Rp526 triliun, daerah Rp535 triliun dan BUMN Rp420 triliun.
Dengan anggaran sebesar itu, dia mengatakan dampaknya terhadap perekonomian nasional akan sangat besar jika digunakan untuk pengadaan produk dalam negeri.
"Kita enggak usah muluk-muluk ya, dibelokkan 40 persen saja, 40 persen persen saja, itu bisa men-trigger growth economy kita, pertumbuhan ekonomi kita yang pemerintah dan pemerintah daerah bisa 1,71 persen, yang BUMN 0,4 persen. [Pemerintah] 1,5–1,7 persen, yang BUMN-nya 0,4 persen," ujarnya.