Longsor Ponorogo, pencarian korban tanah longsor di Desa Banaran membutuhkan perjuangan berat.
Madiunpos.com, PONOROGO -- Puluhan sukarelawan dari berbagai elemen diterjunkan ke lokasi pencarian sektor A di Dukuh Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, Selasa (4/4/2017) pagi. Di sektor A diprediksi ada 12 korban tertimbun tanah longsor.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Ada empat ekskavator yang dioperasikan dalam pencarian korban di sektor A beserta seekor anjing pelacak. Sejumlah sukarelawan juga menggunakan alat penyemprot air untuk mencari jasad korban yang terpendam di gundukan tanah.
Setelah berjam-jam menyisir lahan seluas sekitar satu hektare dengan gundukan tanah sedalam 30 meter di sektor A, tiba-tiba seorang operator ekskavator menginformasikan telah menemukan benda yang dicurigai jasad salah satu korban yang tertimbun. Seorang operator ekskavator langsung memberikan kode kepada tim sukarelawan supaya mendekat ke lokasi.
Puluhan sukarelawan langsung menyerbu titik yang ditunjuk operator ekskavator itu. Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni yang awalnya masih berbincang dengan wartawan juga langsung beranjak menuju titik tersebut.
Sofyan, 38, salah seorang koordinator sukarelawan di sektor A, terlihat memegang sebuah handy talkie (HT) dan berkoordinasi dengan sejumlah sukarelawan yang ada di atas dan menginformasikan kalau akan ada satu jasad lagi ditemukan. Sejurus kemudian, beberapa sukarelawan datang ke lokasi membawa kantung jenazah berwarna oranye.
Para sukarelawan membawa cangkul dan sekop kemudian memulai mencari korban yang dikatakan terlihat punggungnya oleh operator ekskavator. Setelah hampir setengah jam menggali gundukan tanah itu, tidak ditemukan jasad korban.
Seekor anjing pelacak pun diterjunkan ke titik tersebut untuk mencari keberadaan jasad. Namun, jasad tersebut tidak ditemukan.
Punggung Manusia
Sofyan pun memerintahkan kepada anggotanya untuk kembali ke atas karena hujan sudah mulai mengguyur. Hujan menjadi salah satu kendala tim dalam mencari korban karena ditakutkan akan ada longsor susulan yang membahayakan sukarelawan.
Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata sesosok yang dikatakan sebagai jasad tersebut ternyata sebongkah batu yang dianggap seperti punggung manusia. "Informasi tidak benar, ternyata batu. Ayo naik ke atas semuanya," kata Sofyan.
Kepada Madiunpos.com di lokasi, dia menuturkan kesalahan dalam melihat objek temuan memang kerap terjadi. Kondisi tersebut dimaklumi di tengah suasana yang tidak menentu.
"Tadi salah lihat, dikira jasad ternyata batu," kata anggota Solidaritas Peduli Alam (SPA) Ponorogo itu.
Salah satu kendala dalam mencari jasad di lokasi longsor Desa Banaran yaitu kondisi geografis yang terjal dan hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah itu.
Selain kendala alam, kata dia, banyaknya warga yang menonton proses evakuasi juga menjadi kendala tersendiri. Selain mengganggu, warga yang berada di lokasi juga kerap berada di lokasi yang rawan longsor.
"Saya malah seringnya menghalau warga yang berada di lokasi supaya untuk menjauh. Soalnya warga berada di lokasi rawan. Jangan sampai mereka menjadi korban gara-gara menonton evakuasi," jelas dia.
Ketua regu pencarian korban tanah longsor di sektor A, Yoni Fariza, menyampaikan pencarian korban dilakukan mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Namun, seringnya pencarian hanya dilakukan hingga pukul 13.00 WIB, lantaran kondisi cuaca tidak memungkinkan.
Setelah melakukan pencarian pasti seluruh tim dievaluasi. Untuk cara pencarian di lokasi juga menjadi hal yang dievaluasi.
Semisal pada hari kedua pencarian difokuskan untuk mencari titik nol dan jalan utama di kampung yang tertimbun material longsoran. Terus hari berikutnya proses pencarian diubah.
Setiap terjun untuk mencari korban, kata dia, pihaknya selalu mendasarkan pencarian sesuai dengan keterangan dari saksi mata yang mengetahui alur tanah longsor itu.