Esposin, JAKARTA -- Sidang isbat dilakukan secara tertutup. Hasilnya, 1 Syawal atau Idul Fitri ditetapkan jatuh pada Senin (28/7/2014) besok. Keputusan sidang isbat disampaikan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin. di kantor Kemenag, Jl MH Thamrin Jakarta Pusat, Minggu (27/7/2014) petang.
Dalam mengumumkan keputusan hasil sidang isbat tersebut, Menteri Agama didampingi sejumlah pejabat Kemenag dan pimpinan ormas. Ketum MUI yang juga Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin, hadir dalam acara tersebut.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dengan keputusan ini, maka Idul Fitri dirayakan secara bersamaan. Sebelumnya, Muhammadiyah juga telah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Senin (28/7/2014) besok.
Sementara itu, Tim Rukyatul Hilal PWNU Jawa Timur berhasil melihat hilal (bulan sabit pertanda awal kalender) di Pantai Bukit Condro, Gresik, Minggu pukul 17.33 WIB, sehingga hari raya Idul Fitri 1435 H jatuh pada 28 Juli 2014.
"Jadi, kita berlebaran secara bersamaan, karena hilal terlihat di Bukit Condro, Gresik. Ada tiga saksi yang melihat, tapi hasilnya kami laporkan ke PBNU dulu," kata Koordinator Tim Rukyatul Hilal PWNU Jatim HM Sholeh Hayat kepada Antara per telepon.
Selain itu, Wakil Ketua PWNU Jatim itu mengaku pihaknya juga menerima informasi bahwa Tim PWNU Makassar juga berhasil melihat hilal. "Semuanya dilaporkan ke PBNU untuk dibawa ke Sidang Itsbat Kemenag," katanya.
Tim Rukyatul Hilal PWNU Jatim melakukan pemantauan hilal pada 12 lokasi yakni Tanjungkodok, Lamongan; Bukit Condro, Gresik; Pantai Ambet, Pamekasan; Pantai Gebang, Bangkalan; dan Pantai Nambangan, Kenjeran, Surabaya," katanya.
Selain itu; Pantai Serang, Blitar; Pantai Ngliyep, Malang Selatan; Pantai Gili Ketapang, Probolinggo; Pantai Nyamplong, Jember; Pantai Kalbut, Pasir Putih, Situbondo; Tanjung Awar-Awar, Tuban; dan Pantai Srau, Pacitan.
"Sebelumnya, saya sudah memprediksi 1 Syawal 1435 Hijriah akan jatuh pada waktu yang sama. Potensi kebersamaan Idul Fitri itu untuk tahap awal dapat diketahui dari aspek hisab dalam komunitas NU," katanya.
Menurut dia, ada tujuh hasil hitungan dengan tujuh sistem yang hasilnya mendekati kebersamaan tentang saat terjadinya ijtimak unnayyi ren (konjungsi saat matahari dan rembulan bertemu sebagai pertanda astronomi awal lahirnya hilal/sabit).
"Misalnya, Kitab Sullamun Nayyiren mencatat bahwa ijtimak terjadi pada pukul 04.45 WIB (pagi hari) dengan irtifak (ketinggian hilal) 6,42 derajat. Atau, Kitab Fathurrouf fil Mannan mencatat bahwa ijtimak terjadi jam 04.27 WIB dengan irtifak hilal 6,27 derajat, tapi kami tetap menunggu hasil rukyatul hilal sesuai perintah agama," katanya.