Esposin, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia harus mengendalikan gejolak nilai tukar yang saat ini tertekan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS).
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Dalam Indonesia Outlook 2015 bertajuk Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian, Jokowi mengakui rupiah sempat tertekan oleh mata uang asing.
"Masih banyak yang mengkhawatirkan depresiasi, perlemahan rupiah kita. Memang harus kita akui, sekarang rupiah tertekan," tuturnya, Kamis (15/1/2014).
Kendati demikian, Presiden Jokowi menilai depresiasi rupiah relatif rendah dibandingkan Rusia dan Brasil. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun lalu hanya 4%-5%.
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index pada Kamis pagi (15/1/2014) rupiah dibuka menguat 0,1% ke Rp12.602/dolar AS. Pada Rabu (13/1/2015), rupiah ditutup di Rp12.614/dolar AS atau melemah 0,1%.
Rupiah hari ini diperkirakan bergerak dikisaran Rp12.575—12.698/ US$ dengan kecenderungan melemah. Adapun dalam APBN-P 2015, asumsi kurs direncanakan Rp12.200/dolar AS.
"Kita masih dalam posisi yang sangat baik. Ini yang harus terus dikendalikan, diikuti jangan sampai kita kehilangan kendali atas kurs dolar rupiah," ujarnya.
Kendati demikian, presiden mengakui dolar AS akan perkasa pada Mei-Juli seiring membaiknya prospek ekonomi Negeri Paman Sam itu. Kondisi itu disebut akan memicu dolar kembali ke pasar Amerika Serikat. "Semoga tidak ada, hanya sedikit dolar yang pulang kampung," katanya.