JAKARTA - Bank Indonesia optimistis bisa mengatasi tekanan nilai tukar Rupiah,akibat krisis utang Uni Eropa, dengan menyiapkan beberapa amunisi.
Darmin Nasution, Gubernur Bank Indonesia (BI), menjelaskan amunisi yang masih dimiliki oleh bank sentral a.l. cadangan devisa dan kesepakatan internasional seperti Perjanjian Chiang Mai Inisiatif Multilateralisasi.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
“Kami punya cadangan devisa. Kami punya kesepakatan regional maupun internasional sperti Chiang Mai Initiative,” ujarnya, Kamis (31/5/2012). Chiang Mai Initiative telah berlaku efektif sejak 24 Maret 2010 beranggotakan negara Asean ditambah China, Jepang dan Korea (ASEAN+3). Chiang Mai Initiative bertujuan mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek di kawasan.
Program ini akan menyediakan bantuan likuiditas melalui transaksi swap mata uang bagi anggota yang mengalami kesulitan likuiditas. Melalui program ini, BI bisa mendapatkan likuiditas dolar hingga US$11,9 miliar, melalui mekanisme swap.
Selain itu, bank sentral juga segera meluncurkan instrumen term deposit berdenominasi Dolar AS, dengan tujuan sama , yakni mengurangi tekanan nilai tukar Rupiah. Instrumen ini rencana akan diluncurkan pada satu sampai dua pekan ke depan.