SEMARANG - Indonesia Police Watch (IPW) menilai penetapan tersangka Gubernur Akpol Irjen, Pol Djoko Santoso terkait "perang bintang” di kalangan para perwira tinggi Polri dalam rangka suksesi Kapolri.
Ketua Presidium IPW, Neta S Pane, mengatakan menjelang suksesi Kapolri pada akhir 2012 atau awal 2013 terjadi gejolak di internal Mabes Polri, utamanya para jenderal. “Penetapan tersangka Djoko Susilo yang merupakan salah satu kendidat Kapolri merupakan permainan jenderal, sehingga istilahnya terjadi perang bintang,” ujarnya kepada wartawan di Semarang, Rabu (1/8/2012).
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Dia menyayangkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dapat diperalat oknum jenderal di internal Mabes Polri untuk menjatuhkan nama baik Djoko Susilo. Pasalnya, kasus korupsi yang menimpa mantan Kepala Korp Lalu Lintas (Kakorlantas) Mabes Polri ini nilainya kecil. Padahal kasus korupsi di tubuh Polri yang nilainya triliun, misalnya rekening gendut, pengadaan mobil Barakuda sampai sekarang belum ditindaklanjuti KPK. “IPW telah melaporkan kasus rekening gendut di tubuh Polri, korupsi mobil Barakuda sejak lama, tapi sampai sekarang tak ada tindaklanjut dari KPK,” ungkap Neta.
Di samping itu, ia juga melihat adanya keanehan dalam penggeledahan ruang Kakorlantas yang dihadiri tiga pimpinan KPK yaitu ketua Abraham Samad, dan wakil ketua Busro Muqoddas dan Bambang Widjojanto. “Ini ada apa, sebab selama ini belum pernah tiga pimpinan KPK turun langsung di lokasi penggeledahan,” katanya dengan nada tanya.
Menurut Neta, penanganan kasus Djoko Santosa yang telah ditetapkan sebagai tersangka, kasus korupsi pengadaan simulator uji SIM motor dan mobil tahun 2011 tak akan tuntas. “Kasus ini hanya manuver politik menjelang suksesi Kapolri, sehingga tak akan tuntas. Apalagi kasusnya telah diambilalih Bareskrim Mabes Polri,” ujarnya.
Sementara Gubernur Akpol Irjen Pol Djoko Susilo yang seharusnya memimpin upacara Pembukaan Pendidikan Dasar Bhayangkara Taruna Detasemen 47 Satryo Pambudi Luhur 2012 tak hadir di lokasi upacara di lapangan kompleks Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, Rabu. Sebagai pengganti inspektur upacara adalah Wakil Gubernur Akpol Brigjen Pol Bambang Usadi.
”Pak Djoko sedang ada kegiatan di Jakarta, sehingga tak bisa memimpin upacara. Saya yang menggantikan,” kata Bambang.