Esposin, SOLO--Pertanian di wilayah Soloraya memiliki potensi dan dianggap perlu adanya pendampingan ataupun edukasi ke para petani agar lebih produktif.
Hal ini direspons Nugroho Hasan dengan mendirikan startup Kans.id, bersama teman lainnya Rifka Atmajaya selaku CMO; Melga Yudistia AP selaku COO; dan Angelo Di Lorenzo selaku CFO.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Kita melihat sebuah peluang untuk menjadi sebuah perusahaan yang mendampingi aktivitas pertanian khususnya ke arah organik dan terintegrasi,” ujar Hasan dari keterangan tertulis yang diterima Esposin, Selasa (21/2/2023).
Lebih lanjut, alumni Fakultas Pertanian UNS Solo itu, mengatakan sebelumnya Kans.id merupakan startup binaan UNS Innovation Hub (I-Hub) Tahun 2022.
Waktu itu dia melihat memang sudah banyak pengembangan teknologi pertanian dari perguruan tinggi maupun perusahaan, namun kebanyakan para petani kesulitan menggunakannya.
Apalagi, menurut dia, masih terdapat permasalahan hilirisasi produk pertanian. Hal ini mengakibatkan tidak ada program berkelanjutan dan akhirnya program yang digarap tidak membawa dampak.
“Selain itu, juga banyak desa yang melaksanakan perencanaan pembangunan desa namun belum mengacu pada kebutuhan masyarakat lokal. Serta permasalahan hilirisasi produk hasil pemberdayaan masyarakat di pedesaan sehingga mengganggu keberlanjutan program. Maka dari itu, Kans.id ingin mengatasi persoalan tersebut,” jelas Hasan.
Hasan menjelaskan Kans.id merupakan konsultan pemberdayaan masyarakat dan pertanian berkelanjutan yang menawarkan pendampingan pengembangan pertanian berkelanjutan.
Pemilihan nama Kans.id dari Kans yang merupakan sebuah pelafalan dari kata dalam Bahasa Inggris Chances, yang berarti peluang. Hasan mengatakan Kans.id memiliki filosofi untuk membuka peluang bagi sektor pertanian di Indonesia, khususnya di bidang pertanian organik dan berkelanjutan.
“Produk dari Kans.id ada Kanslor, Kansmik, Kansplan, dan Kansell. Kanslor merupakan fasilitator pengembangan teknologi/pemberdayaan masyarakat perusahaan. Kansmik yakni fasilitator pengembangan teknologi/pemberdayaan masyarakat perguruan tinggi. Kemudian Kansplan itu fasilitator perencanaan pembangunan desa. Kalau Kansell adalah fasilitator hilirisasi produk hasil pertanian,” terang Hasan.
Hasan mengaku tahun ini Kans.id tengah meningkatkan skala bisnisnya ke arah pertanian organik dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan visi Kans.id yakni kolaborasi untuk pemberdayaan masyarakat dan pengembangan pertanian berkelanjutan.
“Pada 2023 ini Kans.id memiliki target untuk dapat Go Nasional. Hal ini supaya Kans.id bisa lebih dikenal sebagai konsultan pemberdayaan masyarakat dan pertanian berkelanjutan yang mendampingi petani di beberapa provinsi di Indonesia melalui kerja sama dengan perusahaan, perguruan tinggi, dan stakeholder pertanian lainnya,” papar Hasan.
Hasan mengklaim Kans.id dibentuk bertujuan menjadi fasilitator petani dalam budidaya dan membukakan peluang pasar untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Salah satu contohnya, kata Hasan, dalam proyek konversi organik padi Rojolele di Desa Glagahwangi, Klaten mampu meningkatkan pendapatan petani dari Rp5 juta menjadi Rp6 juta setiap petak lahan.
Dia mengakui tidak mudah melakukan pembinaan dan pendampingan, kerap kali apa yang direncanakan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. “Tentu banyak terjadi dinamika di lapangan bersama petani, sehingga perlu improvisasi pendekatan kepada petani secara cepat. Namun meskipun begitu tetap asik sih,” lanjut Hasan.