by Newswire - Espos.id News - Rabu, 20 Mei 2020 - 22:45 WIB
Esposin, JAKARTA -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengklaim, 81 persen masyarakat Indonesia, ingin pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB segera dicabut.
Mereka beralasan sudah membuang banyak energi dan waktu hingga biaya yang besar selama berada di rumah.
Ganjar Sesalkan Bupati Karanganyar Izinkan Salat Idulfitri di Lapangan
"Energi, tenaga, biaya, waktu, kelelahan, sangat besar. Bahkan data yang disampaikan salah satu kementerian dan lembaga yang lapor ke Presiden Jokowi, 81 persen masyarakat ingin segera akhiri PSBB," ujar Doni dalam konferensi video, Rabu (20/5/2020).
"Energi, tenaga, biaya, waktu, kelelahan, sangat besar. Bahkan data yang disampaikan salah satu kementerian dan lembaga yang lapor ke Presiden Jokowi, 81 persen masyarakat ingin segera akhiri PSBB," ujar Doni dalam konferensi video, Rabu (20/5/2020).
Kendati mengklaim masyarakat ingin, kata Doni, tak mungkin PSBB dicabut bila banyak orang belum disiplin menerapkan protokol kesehatan dan physical distancing. Doni menuturkan pentingnya tingkat kepatuhan sangat berpengaruh untuk menekan penyebaran Covid-19.
Pandemi Covid-19 di Indonesia Diprediksi Bertahan 12 Bulan ke Depan
Kepala BNPB itu mengatakan, di sejumlah daerah yang menerapkan PSBB, masih banyak yang melanggar. Selain itu, masyarakat juga masih banyak yang berkerumun sehingga PSBB tidak akan dicabut.
Terkontak 3 Pasien Covid-19, Ratusan Warga Joyotakan Solo Jalani Rapid Test
Rekor Jumlah Kasus Baru Covid-19 Pecah Lagi, Masih Mau Berdamai?
Doni mengatakan, dalam dua pekan terakhir, pemerintah sangat serius menurunkan agar angka reproduksi (reproductive number/RO) Covid-19 di bawah angka satu.
Namun, saat ini masyarakat masih kurang peduli terhadap imbauan pemerintah dalam hal menerapkan protokol kesehatan dan physical distancing. Karena itu, keinginan masyarakat agar PSBB segera dicabut tak bisa dilakukan.
Rapid Test Massal Covid-19 di Ponorogo, 36 Reaktif Positif
"Kurva yang satu bisa turun ke nol koma sekian. Artinya tingkat risiko semakin kecil. Tetapi yang sangat kita khawatirkan apabila masyarakat masih kurang begitu peduli dengan risiko yang akan terjadi, masih ramai, masih sering kumpul-kumpul. Masih sering melakukan aktivitas yang sebenarnya bisa ditahan, bisa dihindari," katanya.