Esposin, SOLO—Dosen Kajian Budaya Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Titis Srimuda Pitana, mengatakan pengelola museum harus mulai memikirkan tata letak.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
“Pengelola museum tidak perlu lagi memajang semua benda-benda koleksi, sebagian saja. Nantinya ada penggantian secara berkala sehingga masyarakat mendapatkan hal baru,” kata dia kepada Esposin di sela-sela Workshop Pengelolaan Museum dan Taman Budaya di Hotel Sahid Jaya Solo, Rabu (18/10/2017).
Pengelolaan museum di Kota Bengawan seperti Radya Pustaka dan Keraton Solo, menurut dia, sebatas memajang benda-benda bersejarah. Tidak ada narasi tentang sejarah keberadaan benda tersebut sehingga pengunjung tidak mengetahui asal-usulnya. “Belum ada upaya dari dari pihak museum [Radya Pustaka dan Keraton Solo] menjadikan museum sebagai tempat publik yang menarik sehingga kondisinya menjadi sepi, tidak diminati,” kata Titis.
Apabila museum dikelola dengan baik, menurut dia, akan mampu menarik pengunjung. Museum memiliki nilai edukasi yang tidak ada di tempat lain.
Dia mencontohkan Museum Predator dan Museum Transportasi di Batu, Malang, Jawa Timur yang selalu ramai dikunjungi orang. “Museum sebenarnya tempat yang menyenangkan karena bisa sambil belajar sembari menambah pengatahuan. Jadi bisa menjadi alternatif destinasi wisata. Pengelola museum di Solo agar berbenah,” ujar Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Pemerintah Kota Solo ini.