WONOGIRI - Bergulirnya wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang berkepanjangan justru memperberat kondisi perusahaan otobus (PO). Isu tersebut mengakibatkan kenaikan harga suku cadang.
Naiknya harga suku cadang, lanjut dia, seperti harga ban yang semula Rp1,8 - Rp2,2 juta per buah kini menjadi Rp2,6 - Rp3,8 juta per buah. "Bagi saya, itu bukan naik lagi, tetapi sudah ganti harga," terangnya. Ia juga berharap kenaikan BBM diimbangi dengan perbaikan infrastruktur jalan. Banyaknya kerusakan jalan mengakibatkan bus sering rusak, sehingga biaya perawatan juga ikut membengkak. Hampir setiap hari, sebuah PO harus mengganti per busnya. Sedangkan, harga sebuah per berkisar Rp500.000. Itu belum termasuk ongkos bongkar pasang yang jauh lebih mahal.
Maka, sebagai konsekuensi kenaikan harga BBM, pihaknya meminta agar infrastruktur jalan segera diperbaiki. "Saat ini banyak jalan yang rusak. Kalau BBM naik, juga harus diimbangi dengan perbaikan infrastruktur," imbuhnya.
Mengenai pembatasan BBM, ia belum bisa banyak berkomentar. Sebab, wacana pembatasan BBM itu masih membingungkan. Di samping itu, diperkirakan banyak kendala yang akan dihadapi seperti pada tataran operator dan pelaksana lapangan. Terkait kenaikan tarif bus, hal itu akan dibahas jika pemerintah telah memastikan kenaikan harga BBM. Di sisi lain, pihaknya juga ingin penjualan sepeda motor dibatasi karena membuat PO semakin terdesak.
JIBI/SOLOPOS/Ayu Abriyani KP