Kebijakan ekonomi yang diambil perusahaan pada masa pelemahan ekonomi seperti sekarang ini diharapkan tidak mem-PHK karyawan
Harianjogja.com, BANTUL—Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DIY mendukung efisiensi yang dilakukan pengusaha dalam menghadapi pelemahan ekonomi. Namun, langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) diharapkan menjadi pilihan paling akhir.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Ketua Umum Kadin DIY GKR Mangkubumi mengungkapkan, sektor yang paling terdampak dengan melemahnya rupiah adalah yang menggunakan bahan baku impor. Misalnya saja industri tekstil yang bahan bakunya berupa kapas masih impor dari negara lain. I
a meyakini, perusahaan yang bergerak di industri tekstil sudah melakukan efisiensi di berbagai sektor sebelum mengambil langkah terakhir yakni PHK. “Mungkin sebaiknya, sifatnya dirumahkan. Bukan di-PHK,” ujar dia di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Kamis (1/10/2015).
Ia mengatakan, bahan baku memang sulit didapat dari dalam negeri. Industri tekstil di Indonesia jumlahnya besar, namun tidak ada imbauan untuk penanaman kapas. Seharusnya, kedua hal itu seiring sejalan jika ingin mendukung perkembangan industri tekstil.
Masyarakat harus mendukung dengan melakukan penanaman kapas sehingga bahan baku bisa dipasok dari dalam negeri. “Bukan seperti sekarang. Kita jadi sangat tergantung dengan negara lain,” ujar dia.
Kepala Bidang Pergadangan Luar Negeri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM (Disperindagkop UMKM) DIY Rahayu Sri Lestari mengungkapkan, ada tiga industri tekstil di DIY. Namun, baru satu perusahaan yang mengambil langkah merumahkan karyawannya.
“Mungkin itu memang langkah terbaik untuk efisiensi. Kam berharap dolar segera stabil,” ujar dia.
Ia mengungkapkan, dampak yang terjadi di DIY tidak separah daerah lain. Namun, Disperindagkop UMKM DIY tidak tinggal diam. Pembinaan rutin dilakukan. Serta, jika terjadi permasalahan, bersama-sama pengusaha mencari jalan keluar.
Pelaksana Harian Kepala Disperindagkop UMKM DIY Kadarmanta Baskoro Aji mengungkapkan, meskipun tekstil merupakan industri paling terpukul dengan kondisi pelemahan ekonomi, namun merupakan penyumbang terbesar ekspor DIY. Sampai Agustus 2015, Disperindagkop UMKM mencatat nilai ekspor DIY mencapai US$147,32 juta. Dari jumlah tersebut, tekstil pakaian jadi memberikan andil US$36,53 juta.