Esposin, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) harus merogoh US$6.000 untuk menyewa sebuah helikopter untuk operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan dengan metode water bombing.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, mengatakan di tengah upaya pemadaman titik panas di Riau, ditemukan sejumlah titik kebakaran yang baru. Selain itu, tim pemadam juga mengalami kendala sulitnya menjinakkan api yang membakar kawasan gambut.
"Di gambut kalau saat pemadaman airnya kurang, asapnya besar, dan apinya bisa hidup lagi," kata Willem Rampangilei di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (21/9/2015).
Tim yang dipimpin BNPB, lanjutnya, memaksimalkan hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca (TMC), pemadaman darat, water bombing untuk memadamkan titik api di 6 provinsi, yang meliputi Jambi, Riau, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
Anggaran yang dialokasikan untuk menanggulangi bencana kebakaran lahan dan kabut asap di enam provinsi tersebut mencapai Rp385 miliar.
"Untuk sewa helikopter untuk water bombing itu US$6.000 per jam. Kalau TMC kalau kita pakai pesawat TNI AU ya enggak bayar. Kalau heli kita sewa," ungkapnya.
Mayoritas anggaran BNPB juga terserap untuk mengerahan sumber daya manusia dari Manggala Agni, TNI/Polri, serta unsur Pemda untuk tim gabungan. Lebih dari 1.050 anggota TNI telah ikut dalam operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan.
"Untuk Kalsel, saya minta panglima TNI siapkan 500 lagi. Jangan sampai ada kecelakaan dalam pemadaman," pungkas Willem.