Jakarta--Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan, tersangka terorisme yang kini telah tewas di Pamulang, Tangerang, Banten diduga sering keluar masuk Indonesia secara ilegal.
Namun, Polri belum memiliki bukti dari jalur mana Dulmatin keluar dan masuk Indonesia.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
"Kita ambil logika gini aja. Dia kan punya anak yang masih kecil-kecil. Masa isterinya punya anak tanpa dia. Kalau bukan sama dia, terus sama siapa isterinya punya anak," katanya seusai menghadiri apel latihan gabungan antiteror TNI dan Polri di Monas, Kamis (11/3).
Dengan logika itu, katanya, maka Dulmatin dipastikan sering keluar dan masuk Indonesia.
"Kalau melihat umur anak-anaknya. Dia berarti sering pulang dan pergi dari Indonesia," kata mantan Kapolda Riau dan Sumsel ini.
Dulmatin tewas tertembak saat penangkapan di warnet, Jl Setia Budi, Pamulang, 9 Maret 2010. Nama Dulmatin mulai menjadi buronan Polri setelah menjadi tersangka bom Bali I tahun 2002 yang menewaskan 202 orang dan melukai ratusan orang lain.
Dalam kasus bom itu, Dulmatin, Ali Imran (terpidana seumur hidup) dan Azahari (tewas tertembak di Malang tahun 2005) berperan sebagai perakit bom.
Dulmatin juga menjadi buronan militer Philipina karena diduga menjadi bagian dari gerakan separatis di bagian selatan negara itu.
Militer Philipina beberapa kali mengumumkan telah menembak mati Dulmatin tidak pernah terbukti. Jejak Dulmatin di Pamulang terdeteksi setelah Polri menangkap 14 tersangka terorisme yang mengadakan latihan militer di Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
Dari dokumen dan keterangan para tersangka, polisi dapat mengetahui keberadaan Dulmatin. Tersangka ini tewas diterjang peluru polisi setelah sebelumnya Dulmatin melepaskan tembakan ke arah polisi yang hendak menangkap dengan menggunakan revolver.
Polri menyatakan, Dulmatin adalah perencana, penyandang dana dan penyalur senjata latihan militer tersangka terorisme di Aceh.
ant/fid