Jumenengan Paku Alam X menobatkan Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo.
Esposin, SOLO — Dalam acara Jumenengan Paku Alam X, di Pura Pakualaman, Jogja, ditampilkan tari tradisional bedaya. Sesi tarian dalam upacara penobatan Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo sebagai Paku Alam X dengan gelar Kanjeng Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) tersebut, mampu menyedot perhatian publik di dunia maya.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Sebagaimana pantauan Esposin pada jejaring sosial Twitter, Kamis (7/1/2016), tanda pagar (tagar) #jumenenganPAX sempat menjadi trending topic teratas.
Melalui tagar #jumenenganPAX ini pula, pengakses Internet (netizen) mengungkapkan kekagumannya terhadap para penari bedaya. Tari bedaya sendiri adalah tarian tradisional sebagai lambang kebesaran, yang hanya dipertunjukkan ketika penobatan serta upacara peringatan kenaikan takhta raja.
“Entah knp selalu trpesona sm penari2 bedoyo, aura ny itu hlo mesti kemana mana. Edisi dikantor selo. #jumenenganPAX,” tulis @ainutShabrina yang menyertakan foto siaran langsung Jumenengan Paku Alam X di stasiun televisi lokal Jogja Tv.
Bahkan, ada netizen yang merasa terlempar ke masa lalu lantaran menyaksikan tarian bedaya di Jumenengan Paku Alam X tersebut.
“Seperti kembali ke masa lalu....tarian bedoyo....#JumenenganPAX,” tulis @Yunita71Aryani.
Sementara itu, netizen lain mengungkapkan ucapan selamatnya kepada Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo.
“Ngaturaken Ndherek Mangayubagyo Jumeneng Dalem KGPAA Paku Alam X Jogja 07/01/2016 #JumenenganPAX,” tulis @gm_rahmat.
“Jogja punya Pakualam baru, yeeeee #JumenenganPAX,” tulis @fariz_saladin.
“Nderek Mangayubagyo awit Jumenengipun Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam X. #JumenenganPAX,” tulis @f_artayu.
Seusai penobatan, Paku Alam X menyampaikan pidato perdananya di hadapan umum. Ia berjanji mengemban misi kebudayaan.
Dalam pidato tersebut, sebagai Adipati Pakualam, Suryodilogo, yang sekarang bernama Paku Alam X akan mempertahankan budaya di tengah perkembangan dunia yang cepat, meskipun bukan perkara mudah.
“Ini tugas yang berat, karenanya untuk mengemban tugas ini mengharap peran warga Jogja dan keluarga besar pakualaman pada khususnya,” kata Paku Alam X.