Sebelumnya, sudah ada Partai Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Bulan Bintang (PBB) yang mendukung Prabowo-Hatta dalam Pilpres 2014. Efektifkan tambahan penyerang dalam kubu Prabowo-Hatta?
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Pengamat politik menjawab bertambahnya suara dari Demokat itu diprediksi tidak menjamin Prabowo-Hatta akan melangkah dalam melawan capres-cawapres poros politik PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK). “Secara formal, ini merupakan syarat politik. Belum tentu keputusan elite partai akan diikuti oleh konstituennya. Masyarakat memiliki nalar sendiri untuk memutuskan pilihannya,” kata pengamat politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sudjito saat dihubungi Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) dari Jakarta, Rabu (28/5/2014).
Hal semacam itu, menurut dia terbukti pada Pilpres 2004 dan Pilpres 2009. Pada dua pilpres tersebut, SBY tidak pernah didukung oleh mayoritas suara partai politik. Nyatanya, SBY dapat menjadi pemenang pilpres dua periode berturut-turut.
“Dua periode dulu, SBY dikepung partai-partai besar yang berdiri sebagai lawannya. Namun karena masyarakat memiliki pilihan sendiri terhadap kriteria pemimpinnya, maka keputusan elite partai tidak menjamin akan diikuti pemilihnya,” jelasnya.
Meski demikian, diakuinya bertambahnya pendukung Prabowo-Hatta akan bertambah pula penyerang dalam kubu poros Gerindra untuk berkampanye melawan Jokowi-JK yang diusung poros PDIP. “Mungkin dapat disiasati oleh Jokowi-JK dengan tidak balas melawan, namun lebih kepada meraih simpati publik,” tuturnya.
Meskipun wacana ini disampaikan oleh internal Demokrat, hingga saat ini, belum ada keputusan resmi dari Partai Demokrat untuk merapat ke kubu Prabowo-Hatta.