Dalam kesempatan itu, Jokowi—sapaan akrabnya—mengaku mewaspadai dua kementerian. Kedua kementerian yang menjadi fokus perhatiannya selama menjabat lima tahun ke depan itu adalah Kementerian Pertanian dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam yang dinilai rawan mafia.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
“Untuk tempat-tempat yang akan menjadi fokus kami, seperti pertanian yang harus menargetkan swasembada pangan. Kementerian itu harus dipegang orang-orang yang ngerti dan tahu, yang punya leadership dan kemampuan di bidang pertanian. Ya, nanti siapa. Selain itu, bidang energi, juga harus dipegang orang yang punya leadership yang kuat, punya kopetensi, kemampuan manajerial, dan komitmen yang kuat. Kami mau fokus di situ,” tegasnya saat ditanya wartawan.
Jokowi menyatakan belum sampai menyebut nama orang. Para calon pejabat itu, ujar dia, bisa berasal dari kalangan profesional, baik dari partai politik maupun non partai politik. Jokowi akan menggunakan semua jurus untuk menjaring nama-nama yang bakal duduk di kementerian.
Untuk mencari orang yang tepat dan kompeten di posisi-posisi strategis itu, Jokowi membentuk tim head hunter atau pemburu bakat. “Caranya bisa lewat forum partisipasi publik atau lewat pemburu bakat, head hunter. Kami ini sekarang sedang memburu, fit and proper pasti. Tapi, kami memburu dulu. Yang tadinya tidak tahu, jadi tahu. Kami enggak ngerti, jadi ngerti. Misalnya, muncul nama Bambang, Agus, atau Asep, ya kami cek. Yang tidak muncul pasti akan dimunculkan di forum tersebut.”
Menurut Jokowi, konsep pemburu bakat ini didapatkannya dari masukan masyarakat. Menurut dia, langkah ini tepat agar siapa pun yang nanti mengisi kursi di pemerintahan sesuai dengan bidangnya.
Ketika ditanya mengenai tim pemburu ini, Jokowi enggan memaparkan lebih lanjut. Terlebih lagi saat para pewarta menanyakan siapa saja orang-orang di balik tim tersebut. "Pemburunya tak bisa saya sebutkan siapa karena takut diintervensi," pungkasnya. (
JIBI/Solopos/Detik)