by Redaksi - Espos.id News - Senin, 1 Oktober 2012 - 23:16 WIB
JAKARTA— Tidak semua pihak senang atas keberhasilan Jokowi-Ahok memenangi Pilkada DKI 2012. Setelah KPU DKI Jakarta menyatakan pasangan ini adalah pemenang Pilkada DKI Jakarta, ada yang menyambutnya dengan gembira. Tapi, ada juga yang bersikap sinis atas kemenangan itu.
Perihal kemenangan, euforianya telah terasa sejak pencoblosan putaran kedua, pada 20 September lalu, setelah hasil hitung cepat memperkirakan Jokowi-Ahok mengalahkan pasangan Foke-Nara.
Banyak pihak yang gembira menyambut kemenangan pasangan berbaju kotak-kotak ini. Misalnya saja, pada Minggu (30/9/2012), suporter klub sepakbola Persis Solo wilayah Jabodetabek menggelar spanduk “Selamat Datang Jakarta Baru” di Bundaran HI Jakarta.
Banyak pihak yang gembira menyambut kemenangan pasangan berbaju kotak-kotak ini. Misalnya saja, pada Minggu (30/9/2012), suporter klub sepakbola Persis Solo wilayah Jabodetabek menggelar spanduk “Selamat Datang Jakarta Baru” di Bundaran HI Jakarta.
“Kami sangat mendukung penuh kepemimpinan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kami juga bangga wong cilik seperti Jokowi mampu menang dalam Pilkada DKI Jakarta dan memimpin ibukota negara,” ujar Humas Pasopati se-Jabodetabek, Eko Wandowo di Bundaran HI.
Pasopati Jabodetabek atau yang akrab disebut Pasojek itu menggelar aksi dukungan terhadap pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta terpilih Jokowi-Ahok, dengan membentangkan spanduk selamat datang di depan tugu selamat datang, di Bundaran HI.
Eko berharap Jokowi bisa membuktikan janji perubahan pada Jakarta. Paradoks dengan pernyataan tokoh Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, yang pernah menyandang gelar Bapak Reformasi.
Menurut dia, kemenangan itu karena Ahok didukung pebisnis. Namun, Amien tak menyebut siapa pebisnis di belakang Ahok. Dia enggan menyebut etnis, tetapi pebisnis.
Dengan kemenangan itu, Amien mengkhawatirkan pebisnis yang berada di belakang pasangan Jokowi-Ahok sangat berpotensi mencaplok kekuatan politik.
“Padahal, kata Amien, kekuatan pebisnis mestinya dikontrol oleh kekuatan politik untuk menciptakan iklim demokrasi yang segar.
“Saya terus terang sangat khawatir. Perkawinan politik dan bisnis ini bisa mengancam demokrasi dan kontraproduktif dengan kepentingan rakyat,” tegasnya.
Amien justru memuji Fauzi Bowo alias Foke. Menurut dia, sikap Foke yang dengan terbuka mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi adalah contoh yang harus ditiru dalam Pilpres 2014 mendatang.
“Itu pidato konsensus, contoh bagus untuk Pilpres mendatang,” paparnya.
Dia mengingatkan, jika dalam 100 hari masa kepemimpinan Jokowi, Jakarta tetap banjir, macet, dan karut marut, Jokowi, kata Amien, dinilai hanya bisa mengumbar janji.
Tapi, jika ada perbaikan, imbuhnya, mungkin kepemimpinannya masih ada gebrakan. “Jakarta itu tak seperti Solo. Jangan grusa-grusu,” tambahnya