by Aries Susanto Jibi Solopos - Espos.id News - Senin, 7 April 2014 - 12:21 WIB
ESPOS.ID - Ilustrasi (JIBI/Dok/Antara)
Esposin, SOLO -- Ada saja alasan untuk menikah siri. Pada Rabu (26/3/2014) lalu, di sebuah rumah di sebuah gang sempit di kawasan Cemani, Grogol, Sukoharjo, Esposin bertemu seorang lelaki berpakaian batik cokelat khas pegawai negeri sipil (PNS) yang ingin menikah siri.
Lelaki itu bergegas keluar dari rumah itu. Wajahnya semringah. Tangan kanannya membawa beberapa lembar brosur berwarna merah muda. "Tadi baru konsultasi. Ini brosurnya kalau mau," ujar lelaki paruh baya itu saat dicegat Solopos,com. Lelaki itu baru saja menemui seseorang yang biasa dipanggil ustaz dan membuka jasa menikahkan secara siri di Yayasan Bina Ilmu (YBI) Sukoharjo.
Lelaki yang enggan menyebutkan identitasnya itu mengaku bekerja sebagai pegawai di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Ia mengaku sengaja sowan ke ustaz di YBI itu karena ingin menikah lagi dengan seorang janda dari Kota Jogja. "Saya ingin menikah siri aja. Ketimbang 'jajan' di luar terus. Boros!" ujar dia kepada Esposin yang kala itu menyamar jadi calon klien ustaz pendiri YBI itu.
Untuk bisa menikah siri lewat fasilitator ustaz di YBI itu, ia mengaku dikenai biaya Rp2 juta. Syaratnya cukup datang bersama perempuan calon istri dan membaca pasfoto ukuran 3 cm x 4 cm dua lembar. "Wali dan saksi dari Pak Ustaz semua. Nanti saya sudah mendapat sertifikat bahwa saya sudah menikah secara islami," imbuh PNS yang mengaku lima tahun lagi pensiun ini.
Fasilitas inilah yang membuat PNS itu merasa tertolong. Ia mengaku bersama janda itu sudah merasa cocok dan sepakat menikah secara siri. "Kalau menikah di KUA jelas saya tak mungkin. Jika terlalu lama berduaan tanpa status, bisa-bisa saya digerebek warga," kata PNS itu lagi.