Seperti diberitakan Esposin, nama Puan Maharani menjadi sorotan publik menyusul dipublikasikannya kabar pecah kongsi antara putri Megawati Soekarnoputri itu dan calon presiden (capres) PDIP Joko Widodo alias Jokowi oleh The Jakarta Post. Melalui situs Thejakartapost.com, media massa Indonesia berbahasa Inggris menulis insiden yang terjadi kala Jokowi mengunjungi rumah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Jl Teuku Umar, Jakarta Pusat, Rabu (9/4/2014) malam.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Kedatangan Jokowi seusai tampil dalam Live Event Indonesia Memilih yang ditayangkan secara langsung di Metro TV, malam itu, menurut Thejakartapost.com adalah untuk mengikuti evaluasi perolehan suara PDIP yang di bawah target (27%) berdasarkan hitung cepat (quick count). Terjadi perdebatan dalam forum itu yang berujung pengusiran Jokowi oleh Puan.
Megawati juga disebutkan Thejakartapost.com menitikkan air mata sepanjang debat tersebut. Namun kata sumber Thejakartapost.com, Megawati menangis bukan hanya karena melihat Jokowi diusir dari rumahnya, tapi karena terlihat ada gap antara Puan yang merupakan buah cintanya dengan Taufik Kiemas dan putranya, Muhammad Prananda Prabowo alias Nanan yang merupakan buah cintanya dari suami pertama, Letnan Satu Penerbang Surindro Supjarso. Nanan membela Jokowi dalam debat itu.
Kabar adanya insiden yang didasarkan pada sumber anonim di lingkaran dalam PDIP itu pun menjadi perbincangan hangat di media massa. Tak lama berita bantahan dari PDIP pun bermunculan, termasuk dari politisi PDIP Aria Bima yang dimuat Esposin. Nyatanya, bantahan itu tak cukup manjur. Jokowi sendiri setelah menjadi saksi pernikahan anak seniman Sys NS, Minggu (13/4/2014), akhirnya memberikan klarifikasi.
Melengkapi klarifikasi itu, Puan Maharani pun muncul di hadapan insan media, Senin. Selaku Ketua BP Pemilu PDIP ia mengakui target PDIP dalam pemilihan calon anggota lembaga legislatif (caleg) di atas 20%, bahkan di atas 30%. Nyatanya, sambung dia, realitas di lapangan PDIP hanya mendapatkan 19%-20%. Hal itu diakuinya bakal menjadi bahan evaluasi PDIP untuk melangkah di masa mendatang.
Meski demikian, tegas dia, saat ini bukan waktu yang tepat mempertanyakan hasil Pemilu 2014 itu. Menurut Puan, hari ini bukan waktunya untuk menyesali apa yang sudah dilakukan PDIP, melainkan apa yang harus dilakukan pada waktu yang akan datang. ”Bukan waktunya antarkeluarga, antarkader saling menyalahkan,” tegas dia.