Esposin, JAKARTA — Ketidaksiapan pelaku usaha di dalam negeri menjadi salah satu faktor penghambat realisasi komitmen investasi pengusaha asal Jepang di Indonesia.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan tidak ada masalah dalam pengerjaan proyek yang dibiayai oleh Jeoang.
Selama ini, ketidaksiapan pelaku usaha di dalam negeri untuk menyelesaikan proyek tersebut, menjadi salah satu penyebab lambatnya realisasi komitmen investasi Jepang.
“Untuk proyek tidak ada masalah, cuma kesiapan di dalam negeri saja. Proyek mereka kan misalnya MRT [Mass Rapid Transit] sudah jalan, PLTU Batang masalahnya di dalam negeri, transmisi HVDC sudah tinggal realisasinya saja,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/7/2015).
Sofyan menuturkan lambatnya realisasi komitmen investasi Jepang juga disebabkan proses di dalam negeri yang harus melalui beberapa tahapan, sebelum pengusaha negara tersebut bisa menanamkan modalnya di Indonesia.
Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi perusahaan modal asing (PMA) asal Jepang periode 2010 hingga Maret 2015 mencapai US$13,3 miliar.
Jumlah tersebut setara dengan 64,5% dari target investasi selama periode terebut. Apabila di kelompokkan, sekitar US$11,6 miliar atau 87,3% investasi dilakukan di sektor sekunder atau industri, dan US$1,5 miliar atau 11,5% di sektor tersier, kemudian US164,1 juta atau 1,2% di sektor premier.
Dari realisasi investasi tersebut, sekitar US$8,5 miliar atau setara 63,9% merupakan perluasan, sedangkan sebesar US$4,8 miliar, atau setara 36,1% merupakan proyek baru.