Tradisi buka luwur yang diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Selasa (6/12), merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus. Sumito, 40, salah seorang warga asal Desa Undaan, Kecamatan Undaan, Kudus, mengaku antre sejak pukul 05.30 WIB untuk mendapatkan sebungkus nasi uyah asem atau nasi jangkrik. "Beruntung, hari ini cuaca cerah. Tidak seperti tahun lalu hujan, sehingga harus rela kedinginan selama berjam-jam untuk mengantre," ujarnya.
Sebungkus nasi uyah asem yang diperoleh tersebut, katanya, akan dibawa pulang untuk dikonsumsi bersama anggota keluarganya. "Sebagian akan dijemur hingga kering. Selanjutnya, digunakan untuk bahan campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan tidak mudah terserang penyakit," ujarnya.
Pernyatan senada diungkapkan warga lain, Listiwati, 35, yang mengaku harus berdesak-desakan dan antre selama 30 menit lebih. "Kedatangan saya bersama warga lainnya, hanya ingin mendapatkan berkah dari Sunan Kudus," ujarnya. Ia mempercayai, nasi bungkus dari prosesi buka luwur akan membawa berkah. "Sebagian nasi tersebut akan dimakan bersama keluarga, sisanya untuk para tetangga yang belum mendapatkan nasi tersebut," ujarnya.
Antrean buka luwur tahun ini, lebih tertib dibanding tahun sebelumnya karena cuacanya cukup cerah, dibanding tahun sebelumnya selalu diguyur hujan, sehingga mendorong warga untuk berdesak-desakan agar segera mendapatkan nasi uyah asem. Selain itu, panitia buka luwur berupaya mengatur warga yang antre agar tidak berdesak-desakan dengan membagi antrean dari sepanjang Jalan Menara menjadi dua antrean khusus untuk laki-laki dan perempuan.
Namun, antrean panjang tetap terjadi mengingat jumlah warga yang datang ke lokasi semakin bertambah. Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya warga yang pingsan, panitia menyiapkan Posko kesehatan lengkap dengan tim medis.
Menurut Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan, jumlah nasi bungkus yang akan disediakan berjumlah 25.000 bungkus untuk umum. Sedangkan untuk nasi buka luwur yang berjumlah 1.750 keranjang diberikan kepada tokoh masyarakat, kiai, pejabat, tamu undangan, pekerja, dan panitia.
Sedangkan jumlah beras yang dimasak hingga 6,53 ton, serta hewan kerbau sebanyak 10 ekor dan kambing sebanyak 81 ekor. Pekerja yang bertugas di dapur mencapai puluhan, sedangkan jumlah relawan mencapai ratusan orang. Pembungkus nasi tetap menggunakan bahan alami, seperti daun jati serta pengikatnya tidak lagi menggunakan tali dari bahan plastik, melainkan menggunakan serat tanaman.
JIBI/SOLOPOS/Ant