Esposin, SOLO — Kebiasaan masyarakat Solo menyantap sayur sambal goreng saat Lebaran memicu inflasi Juli. Pasalnya kebutuhan petai meningkat tajam dan mengerek harga hingga tiga kali lipat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R. Bagus Rahmat, menyampaikan petai menjadi penyebab inflasi paling tinggi, yakni memiliki andil 0,09%. Dia menjelaskan permintaan petai yang tinggi tidak diimbangi dengan setok yang memadai sehingga harga meningkat tajam.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Bahan makanan memang menyumbang inflasi paling tinggi, yakni memiliki andil 0,28% dan menyebabkan inflasi 1,48%. Kemudian disusul sektor perumahan yang menyebabkan inflasi 0,52% serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang menyumbang inflasi 0,18%.
“Perubahan harga daging sapi dan telur yang terus meningkat mendekati Lebaran tidak teralu memberi pengaruh yang signifikan terhadap inflasi. Hal ini karena perubahan hanya terjadi pada akhir bulan. Padahal penghitungan inflasi dilakukan sejak awal bulan sehingga sumbangan tidak tinggi,” terang Bagus, kepada Esposin, di ruang kerjanya, Senin (4/8/2014).
Ia menyampaikan komoditas lain yang memberi andil pada inflasi adalah daging ayam ras, angkutan udara, listrik prabayar, kontrakan rumah dan 115 komoditas lainnya. Sedangkan komoditas yang menahan laju inflasi ada sekitar 31 komoditas, diantaranya nangka muda, bawang putih, cabai merah, jeruk dan gula pasir.
Bagus menuturkan cabai yang biasanya selalu memberi pengaruh terhadap laju inflasi, pada Juli harga cenderung turun. Hal tersebut karena meski permintaan bahan makanan meningkat tapi Lebaran kali bertepatan dengan panen sehingga harga cenderung stabil bahkan turun.
Menurut dia, sidak yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo juga cukup berpengaruh terhadap pengendalian harga kali ini. Oleh karena itu, tak heran pada Juli, inflasi hanya 0,59%, hanya naik 0,08% jika dibandingkan bulan sebelumnya.