Esposin, JAKARTA - Jumlah jemaah umrah yang berangkat ke Tanah Suci sejak awal Januari hingga Juni atau awal Ramadan ini menurun ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penurunan itu diyakini akibat pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Hal itu diungkapkan Sekretaris Jenderal Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Budi Firmansyah yang dihubungi melalui telepon di Jakarta, Sabtu (20/6/2015).
"Kurs rupiah yang tinggi menyebabkan banyak masyarakat menunda keberangkatan untuk ibadah umrah," kata Budi Firmansyah.
Ia mengatakan permintaan ibadah umrah periode Januari hingga awal Ramadan tahun lalu dapat mencapai sekitar 600.000 orang, sementara, pada periode yang sama 2015 hanya mencapai sekitar 500.000 orang.
Dengan melihat penurunan itu, ia mengatakan target permintaan ibadah umrah pada 2015 diturunkan hanya sebesar 600.000 jamaah hingga akhir tahun, sedangkan target pada tahun sebelumnya sebesar 700.000 jamaah hingga akhir tahun.
Ia mengatakan pada 2014, permintaan calon peserta ibadah umrah hanya dipengaruhi proses validasi visa yang lama yakni sebulan.
Namun, pada 2015, meskipun proses validasi visa telah dipercepat hingga 15 hari, permintaan bepergian berkurang dipengaruhi sejumlah hal salah satunya pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
Selain itu, permintaan berkurang juga dipengaruhi isu gelombang panas yang menyebar dari India ke Timur Tengah dan pengaruh dari penyedia jasa perjalanan ibadah umrah bodong yang seringkali menipu jamaah.
"Ada isu gelombang panas yang dari India ke Timur Tengah, bisa 65 derajat Celcius," tutur dia.
Akibat kurs rupiah yang tinggi, ia mengatakan banyak jamaah yang menunda keberangkatan hingga Desember untuk melihat pertumbuhan ekonomi ke depan.
Ia mengatakan pelemahan rupiah akan berimbas pada meningkatnya biaya yang dikeluarkan jamaah sesuai dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.