Satu prestasi membanggakan kembali ditorehkan salah satu mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Wanda Nugraha. Mahasiswa Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNS ini baru saja meraih juara Sayembara Nasional Karya Tulis Ilmiah, National Forum for Junior Civil Engineering (NFJCE) yang digelar Universitas Trisakti, Jakarta, 25 Juni lalu.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Wanda menceritakan naskah yang ia presentasikan tentang pembuatan beton ramah lingkungan, terpilih menjadi satu dari dua naskah terbaik. Ia pun berhak atas piagam penghargaan dan hadiah uang senilai Rp4,5 juta.
Ia menceritakan beton ramah lingkungan yang ia presentasikan merupakan karya dirinya dan empat mahasiswa Fakultas Teknik UNS lainnya. Mereka adalah Aditya Krisnanda, M Hafiz Arsan Haq, Petrich Meysha Buana, Rizal Raissa H. “Namun yang maju presentasi, kebetulan saya sendiri,” ujarnya kepada wartawan di Ruang Humas dan Kerja Sama UNS, Kamis (5/7/2012).
Dikatakan beton ramah lingkungan, terangnya, karena komponen yang digunakan membutuhkan semen dalam jumlah lebih kecil, tapi kekuatannya lebih besar. Sedikitnya semen yang dibutuhkan karena untuk membuat beton itu, dicampur dengan abu sekam padi dan sisa pembakaran batu baru (fly ash).
Setiap satu meter kubik beton ramah lingkungan yang dibuat, urainya, membutuhkan pasir 1.066,02 kg, abu sekam padi 80,5625 kg, air 193,025 kg, semen 459,1125 kg dan fly ash 185,25 kg. Beton tersebut setelah diuji memiliki kekuatan hingga 130 MPA. Jika dihitung, biaya yang dibutuhkan Rp1.196.000. “Untuk campuran normal, setiap satu meter kubik beton membutuhkan biaya Rp1,3 juta-Rp1,4 juta. Jadi lebih irit,” terangnya.
Dikatakan beton ramah lingkungan, imbuhnya, karena abu sekam padi dan fly ash sebenarnya merupakan limbah. Karena semen yang digunakan lebih sedikit, akibat yang ditimbulkan terhadap lingkungan juga lebih kecil. Ia menguraikan setiap 1 kg semen dicampur dengan air, 0,4 karbondioksida terlepas ke udara. Hal itu berdampak pada terjadinya efek rumah kaca. Demikian halnya proses pembuatan semen, membutuhkan energi besar yang berarti tinggi juga tingkat emisinya.