Esposin, SOLO--Pengembangan pertanian organik butuh keterlibatan dan pendampingan serius dari kalangan akademisi. Terlebih karena hingga saat ini pengembangan pertanian organik tersebut masih menghadapi banyak persoalan.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Hal itu diakui Dosen Program Studi (Prodi) Ilmu Tanah Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Joko Winarno, di Kampus UNS, Selasa (9/2/2016). Joko meraih gelar doktornya setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Pemberdayaan Petani Dalam Alih Teknologi Pertanian Organik (Studi Kasus pada Kelompok Tani Rukun Makaryo Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar), di depan dewan penguji yang dipimpin Ravik Karsidi, Selasa.
Joko meneliti kualitatif dengan menggunakan fenomenologi, dengan objek penelitian Kelompok Tani Rukun Makaryo di Desa Pereng, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.
Ketika meneliti di kelompok tani, Joko mengakui, adanya perbedaan kepentingan di kalangan petani atau kelompok tani tersebut.
“Dalam satu kelompok itu ada yang condong ke pertanian kimia. Karena di antara mereka ada yang menjadi agen pupuk kimia,” ungkapnya.
Untuk itulah, menurutnya, perguruan tinggi sangat dibutuhkan keterlibatannya, terutama dalam riset dan pendampingan kepada petani.
Di samping itu, muncul pula kekhawatiran terhadap produk berlabel organik. Terlebih karena untuk menghasilkan pertanian organik, sangat rumit, membutuhkan biaya, perlakuan khusus, dan upaya yang lebih besar. “Kendalanya pun banyak,” tambahnya.
Sehingga yang dikhawatirkan munculnya produk yang labelnya organik, tapi sesungguhnya produknya bukan organik.
Dia menambahkan pertanian organik tidak sekadar dilihat dari produknya. Namun harus ditelusuri perlakuan dalam bercocok tanam. Karena lahirnya organik dipengaruhi nasab.
Faktor irigasi menjadi kunci penting. Aliran irigasi yang masuk harus bebas dari polutan. “Kalau perlakuan yang diberikan sudah organik, sementara irigasi masih tercemari kimia, maka yang dihasilkan tidak organik,” jelas dia.
Untuk mengembangkan organik, Joko memberikan solusi mengembangkan komunitas petani yang berda dalam satu hamparan lahan pertanian. Dengan banyaknya komunitas nantinya pertanian organik akan semakin berkembang.
Joko Winarno adalah doktor ke-180 yang diluluskan UNS dan doktor ke-17 dari Prodi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat.