Koalisi menjadi keniscayaan untuk membentuk pemerintahan mendatang. Ketiga partai politik dengan perolehan suara terbesar pun diingatkan agar tak asal menggandeng mitra koalisi dengan partai papan tengah untuk memuluskan langkah calon presiden masing-masing.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Dwipayana, menekankan semua partai politik harus mengevaluasi bentuk koalisi yang pernah dilakukan pada Pemilu 2004 dan 2009 lalu. Koalisi jangan hanya didasari pada pragmatisme kekuasaan. "Itu tidak membuat pemerintahan yang efektif," kata Arie, Kamis (10/4/2014).
Arie menegaskan politik "dagang sapi" atau juga politik transaksional harus dihindari karena kalau hanya didasari pada kepentingan sesaat guna mencari keuntungan maka tidak akan bisa membentuk pemerintahan yang efektif dan kuat.
3 Poros
Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari memprediksi ada tiga poros koalisi di pilpres mendatang, yakni Poros Jokowi, Poros Prabowo, dan Poros Aburizal Bakrie (Ical). Dia mendasarkan pembentukan tiga poros ini pada beberapa hal berdasarkan hasil hitung cepat perolehan suara parpol, yakni tak ada tokoh partai Islam yang menonjol, tak ada peserta konvensi capres PD yang sangat populer sehinggal layak capres dan Hanura yang mengusung pasangan capres cawapres Win-HT jauh dari ambang batas pencapresan.
Dengan fakta quick count tersebut, maka Qodari meyakini hanya akan ada tiga capres yang maju di pilpres, yaitu Jokowi, Prabowo dan Ical. Dia mengatakan ketiga capres itu akan membentuk poros masing-masing.
Ketiga poros itu, sebagaimana dimuat Harian Umum Solopos, Jumat (11/4/2014), adalah Poros Jokowi yang merupakan gabungan PDIP, PAN, Nasdem, dan PKB. Poros Prabowo yang berisi Gerindra, PPP, Demokrat, dan Hanura. Serta Poros ARB yang berisi Golkar, PKS dan PKB. (
JIBI/Solopos/Antara/Detik)