Esposin, SOLO -- Puluhan penerbit buku di Jawa Tengah (Jateng) berencana menaikkan harga jual buku seiring kenaikan harga kertas yang terjadi di awal tahun 2018. Jika mengacu pada bahan dasar kertas, kenaikan harga buku yang disepakati sekitar 15%.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jawa Tengah, Rony Budhyawan, dalam siaran pers yang diterima "Kami terpaksa menaikkan harga jual buku, karena harga bahan baku mengalami lonjakan harga,” ungkapnya seusai pertemuan dengan puluhan penerbit anggota Ikapi Jateng di Rumah Makan Rasa Mirasa, Jl. Ahmad Yani Pabelan Sukoharjo, Rabu (24/1/2018). Dia mengatakan dalam setahun terakhir nyaris semua penerbit tidak menaikkan harga jual buka meski harga kertas terus mengalami kenaikan. Namun kenaikan harga kertas yang terjadi di awal tahun 2018 ini memaksa penerbit mengambil sikap agar penjualan mereka tidak mengalami kerugian. “Tentunya kesepakatan menaikkan harga ini akan kami sosialisasikan ke seluruh penerbit anggota Ikapi Jateng untuk ditindaklanjuti. Karena ada beberapa penerbit yang tidak hadir pada pertemuan,” ungkap Rony yang juga owner Penerbit & Percetakan PT Graha Printama Selaras (GPS) tersebut.
Sebelum kenaikan harga buku disepakati, pada pertemuan yang dipimpin pengurus Ikapi Jateng, Tri Jaya, sempat digali berbagai persoalan yang dialami para penerbit, khususnya terkait harga jual. Secara bergantian, sekitar 30-an penerbit menyampaikan kondisi harga yang diterapkan dalam penjualan. Hampir semua penerbit menyampaikan harga berbeda, namun sebagian besar masih menerapkan harga yang mengacu pada harga kertas tahun lalu. Sebagai informasi, di bulan yang sama tahun lalu harga kertas CD yang digunakan sebagai bahan baku penerbitan buku pendamping Rp8.000 kg. Kemudian di bulan Desember 2017, harga kertas CD adalah Rp9.300/kg dan di awal tahun 2018 mencapai Rp9.800 sampai Rp10.000/kg. Para penerbit pun sepakat membuat acuan harga eceran terendah (HET) untuk produk buku pendamping yang diterbitkan. “Harga kertas yang terus naik perlu kita sikapi bersama. Karena kalau penerbit sendiri tidak ada kesepakatan soal harga, maka dikawatirkan akan terjadi persaingan tidak sehat,” ungkap Tri Jaya dari Penerbit Pratama Mitra Aksara (PMA) di hadapan puluhan penerbit buku pendamping siswa.
Beberapa penerbit dan percetakan yang hadir pada pertemuan tersebut antara lain Putra Kertonatan, Graha Printama Selaras (GPS), Pratama Mitra Aksara (PMA), Maestro, Indonesia Jaya, Sinar Mandiri, Arrahman, Setiaji, Mediatama, Pustaka Bengawan, Dino Mandiri, Viva Pakarindo, Teguh Karya, Gema, Mefi Caraka, Sarnu Untung, Aksara Solopos, Sindunata Media Karya Putra, Adhigama, Mandiri Sukses Sejahtera, Usaha Makmur, Grafika 27, visimandiri, Nyata Grafika, Solo Grafika Utama, dan lain sebagainya. Sementara itu, Dirut Nyata Grafika Surakarta, Yonasa, mengungkapkan meski penerbit buku adalah sebuah institusi bisnis namun di pundak para penerbit inilah ada beban dan tugas untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini meningkatkan kualitas pendidikan melalui buku-buku yang diterbitkan. “Peran bisnis dan keterlibatan dalam ikut mencerdaskan kehidupan pelajar inilah yang harus kita seimbangkan," kata Yonasa.