KULONPROGO—Kenaikan harga kacang kedelai di pasaran mengancam keberadaan 40 produsen tahu di Kecamatan Sentolo, Kulonprogo. Selain ketatnya persaingan antarprodusen, rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dikhawatirkan semakin membuat usaha tersebut terpuruk.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Miskinem, 55, produsen tahu di Dusun Kaliwiru, Tuksono, Kecamatan Sentolo, misalnya, mengeluhkan tingginya harga kacang kedelai. Saat ini, harga kacang kedelai dipatok Rp6.500 perkilogram atau naik Rp800 untuk setiap kilogramnya. Artinya, untuk setiap satu karung atau 50 kg kacang kedelai, setiap produsen mengeluarkan setidaknya Rp325.000.
Dalam sehari, Miskinem menghabiskan rata-rata satu kuintal atau 100 kg kacang kedelai untuk memproduksi beragam tahu. Misalnya, tahu kuning, tahu putih, tahu pong, tahu plempung ataupun tahu magel. “Sebelumnya, harga kedelai Rp5.700 per kg. Saat ini sudah dijual Rp6.500 per kg. Kami semakin susah saja,” ungkap Miskinem saat ditemui Rabu (28/3) di rumahnya.
Menurutnya, saat ini saja persaingan antarprodusen untuk menjual tahu sudah ketat. Harga tahu mentah yang sudah diproduksi, hanya laku Rp5.000 setiap kilogramnya. Adapun produk tahu olahan, lanjut Miskinem, hanya dipatok Rp7.000 perkg. “Apalagi jika harga BBM naik, produsen tahu akan semakin menderita. Soalnya, jualannya saja saat ini sudah susah,” keluh Miskinem yang memiliki enam karyawan itu.
Sebelumnya, pemilik toko sembako “Bu Sri” menjelaskan, harga kacang kedelai saat ini naik. Bahan baku untuk membuat tempe, tahu ataupun susu tersebut mengalami kenaikan rata-rata Rp15.000 untuk setiap karung berisi 50kg. Saat ini, lanjutnya, harga satu karung kedelai dipatok Rp300.000 dari sebelumnya Rp285.000. “Naiknya per kilogram Rp300 atau satu karung harganya naik Rp15.000,” terang Sri di Pasar Wates, Senin (26/3).(ali)