Esposin, JAKARTA -- Tim Pengawas Persiapan Ibadah Haji DPR mengklaim menemukan sejumlah masalah dalam pelaksanaan haji tahun ini. Saalh satunya tentang pemondokan yang dianggap masih jauh dan ada makanan basi.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Ketua Tim Pengawas (Timwas) Persiapan Ibadah Haji yang juga Wakil Ketua DPR, Fadli Zon, mengatakan bahwa jarak pemondokan di Madinah masih terlalu jauh lokasinya, yakni sekitar 1,2 kilometer. Jarak itu, katanya, menyulitkan akses bagi jamaah bila ingin bepergian atau beribadah ke pusat kota Madinah.
“Ketika Timwas meninjau pemondokan tersebut, ternyata masih kurang layak bagi jamaah haji Indonesia. Timwas juga menemukan makanan basi dari perusahaan katering yang ditunjuk di Arab Saudi,” ujarnya, Kamis (24/8/2017).
Menurutnya, makanan basi tersebut terpaksa ditarik dan diganti dengan yang baru. Akibatnya, jamaah calon haji Indonesia telat makan malam. Timwas pun, kata Fadli, sempat meninjau perusahaan katering penyuplai makanan tersebut.
“Kami meninjau perusahaan katering yang membuat makanan basi. Kondisi perusahaannya kurang layak. Seharusnya perusahaan ini tidak diberikan deal yang besar, karena perusahaan katering ini ternyata masih baru, kurang profesional,” ujarnya. Dia mengusulkan bahwa sebaiknya perusahaan itu di-black list.
Pada bagian lain Fadli menyampaikan bahwa tahun ini adalah tahun transisi dalam penyelenggaraan haji. Tahun depan, penyelenggaraan haji sepenuhnya dikelola oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).
Soal kuota haji, Fadli mendesak pemerintah melakukan lobi intensif agar kuota haji Indonesia terus bertambah. Sebagai catatan tahun ini, kuotanya 211.000 plus 10.000 orang jemaah calon haji. Baca juga: Kuota Haji 2017 untuk Indonesia Bertambah 52.000.
“Tambahan 10.000 diberikan pemerintah Arab Saudi kepada semua negara, bukan hanya Indonesia. Tahun lalu sempat dikurangi, karena ada proyek perluasan Masjidil Haram,” ujarnya.
Sementara itu, anggota Timwas Haji Iskan Qolba Lubis mengatakan bahwa daya tawar penyelenggara haji Indonesia sangat lemah. Menurutnya, Indonesia kalah dalam bernegosiasi dengan negara lain. “Jamaah haji kita paling besar, tapi ternyata daya tawar kita paling lemah. Ini perlu kita analisa,” ujarnya.