Salah seorang warga Tanjung Elok, Purwokerto, Eviyanti, mengatakan bahwa pasir yang diduga berasal dari Gunung Slamet telah mengotori atap rumahnya. "Tadi sempat terdengar suara dentuman yang cukup kuat dan beberapa menit kemudian terdengar suara 'kratak, kratak' di atap, ternyata ada pasir yang berjatuhan," katanya.
Hujan pasir dilaporkan juga terjadi di Limpakuwus, Kemutug, Kalipagu, dan Melung, Kabupaten Banyumas.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan bahwa berdasarkan data PVMBG yang melakukan pengamatan di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Rabu pukul 06.00-12.00 WIB, Gunung Slamet teramati mengeluarkan delapan kali letusan abu tebal warna kelabu kehitaman dengan ketinggian asap 500-1.000 meter dari puncak, sedangkan kegempaan terekam 51 kali gempa embusan, delapan kali gempa letusan, dan dua kali tremor harmonik.
Sementara pada pukul 12.00-18.00 WIB, teramati 11 kali letusan abu tebal warna kelabu kehitaman dengan ketinggian asap 700-1.200 meter condong ke arah selatan diikuti oleh lontaran material pijar setinggi 300-500 meter dari puncak, serta terdengar enam kali suara dentuman sedang hingga kuat, sedangkan kegempaan terekam 29 kali gempa embusan, 11 kali gempa letusan, dan dua kali tremor garmonik.
Surono mengatakan bahwa selama 12 jam yang terbagi menjadi dua periode pengamatan, tidak terekam gempa-gempa vulkanik dalam dan vulkanik dangkal. "Status Gunung Slamet masih tetap 'Siaga' (level III). Masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet," katanya.