Esposin, SOLO -- Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta merayakan usia 32 tahun dengan menggelar Sidang Senat Dies Natalis XXIII di kampus setempat, Kamis (12/9/2024).
Dalam kesempata itu, Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, Toto Suharto, menceritakan kilas balik pemilihan nama Raden Mas Said. Seperti diketahui, pada 2021 kampus yang terletak di Kartasura, Sukoharjo, itu beralih status dari IAIN menjadi UIN.
Menurut Toto, nama Raden Mas Said memiliki kaitan historis dengan Kartasura. Raden Mas Said lahir di Kartasura pada 8 April 1725. Keterkaitan sejarah inilah yang menjadi pertimbangan dipilihnya nama UIN Raden Mas Said. Selain itu, Toto mengatakan tujuan penggunaan nama itu juga untuk meneladani sang tokoh.
Selain alasan sejarah, Toto mengatakan pemilihan nama tokoh Raden Mas Said dimaksudkan agar menjadi contoh. Toto mengatakan ada teladan dalam diri pendiri Kadipaten Mangkunegaran Solo itu yang patut dicontoh oleh civitas academica salah satunya berkaitan dengan statusnya sebagai pahlawan nasional.
“RM Said tercatat sebagai salah satu pahlawan nasional. Artinya kita juga harus meneladani jejak-jejak nasionalisme, kepahlawanan, dan antikolonialisme sebagaimana RM Said atau Pangeran Sambernyawa ini,” kata dia dalam sambutan Sidang Senat Dies Natalis ke-32 UIN Surakarta, Kamis (12/9/2024).
Sifat lain yang selaras dengan nilai-nilai UIN adalah ketaatannya dalam memeluk agama Islam. Menurutnya, dalam catatan sejarah, RM Said diketahui taat menjalankan ajaran agama Islam sesuai konteks masa itu. Bahkan RM Said juga merupakan pengikut tarekat Syattariyah.
“Beliau punya manuskrip salinan Al-Qur'an, ada enam salinan. Selama perang, Raden Mas Said juga menulis. Artinya menulis harus menjadi tradisi di UIN Raden Mas Said Surakarta,” kata dia. Toto melanjutkan selain menulis manuskrip Al-Qur'an, RM Said juga mendirikan Masjid Al-Wustho yang menjadi awal berdirinya Mangkunegaran.
Ketika ditemui Esposin selepas acara, Toto mengatakan usia UIN Surakarta yang baru 32 tahun ini merupakan masa lahir atau masa awal. Namun ke depan, dia mengatakan harus dilakukan lebih banyak perubahan ke arah lebih baik.
“Salah satunya kolaborasi dengan lembaga-lembaga sekitar, termasuk dengan lembaga kebudayaan seperti Keraton dan pemerintah daerah di Soloraya untuk membahas proyeksi pendidikan ke depan,” kata dia.