SEMARANG - Dinas Kesehatan Jawa Tengah mengimbau masyarakat untuk tetap mewaspadai virus burung jenis baru, yakni H7N9 meski sampai sekarang belum ada laporan virus itu masuk ke Indonesia.
"Kami sudah dapat surat edaran (SE) terkait antisipasi H7N9 dari Kementerian Kesehatan, sudah kami teruskan ke Dinkes kabupaten/kota," kata Kepala Dinkes Jateng dr Anung Sugihantono di Semarang, Minggu. Hal itu diungkapkannya usai kegiatan peringatan hari tuberkulosis sedunia di halaman Kantor Gubernur Jateng yang diprakarsai Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) dan Aisyiyah Jateng.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Anung menjelaskan virus flu burung jenis baru yang berasal dari China itu memang belum dilaporkan masuk ke Indonesia, termasuk Jateng, namun pihaknya tetap meningkatkan kewaspadaan atas virus baru itu. "Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes kabupaten/kota untuk waspada, seperti kesiapan alat pelindung diri (APD), sarana pelayanan kesehatan, dan mekanisme penanganan jika ada pasien flu burung," katanya.
Kepada masyarakat, ia mengimbau agar meningkatkan kewaspadaan dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat, terutama usai melakukan kontak dengan unggas apa pun untuk mencuci tangan secara bersih dengan sabun. "Kalau habis memegang unggas apa pun, cuci tangan dengan sabun di air mengalir, setelah itu keringkan. Itu salah satu bentuk antisipasi dan kewaspadaan. Tidak cukup hanya dengan cuci tangan," katanya.
Apabila menemukan kasus unggas dalam jumlah banyak mati mendadak di wilayahnya, kata dia, masyarakat harus segera melaporkan ke pihak terkait agar mendapatkan penanganan sesuai prosedur yang ditetapkan.
Kalau ada masyarakat atau anggota keluarga yang mengeluhkan gejala seperti flu burung, lanjut dia, segera dibawa ke unit pelayanan kesehatan agar mendapatkan penanganan secara cepat dan tepat atas penyakitnya.
"Apalagi, pengalaman kasus H7N9 di China, dari seluruh penderita ternyata 40 persennya tidak ada kontak dengan unggas. Karena itu, peningkatan kewaspadaan dan antisipatif harus terus dilakukan," katanya.
Saat ini, kata Anung, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk melakukan "update" dan mengedukasi masyarakat atas pengenalan gejala falu burung sebagai bentuk respons dini.