Berbeda dengan pengunjung stan lain yang tertarik dengan hidangan jenang, pengunjung yang mengerumuni stan Rumah Sakit (RS) Ortopedi justru sibuk memfoto para pejaganya.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Warsini, Iriana, Purwanti, dan Widawati dengan luwes bergaya di depan jepretan kamera para pengunjung. Empat sekawan tersebut memakai baju lurik dan memakai bedak putih tebal. Alis mereka pun berwarna oranye terang dengan panjang sekitar 3 cm. Bahkan, bulu warna ungu terang menjadi penghias sanggul jawa yang mereka pakai.
“Kami heboh-hebohan saja, ikut nyengkuyung HUT Kota Solo. Intinya memeriahkan,” ujar penjaga stan sekaligus Humas RS Ortopedi, Warsini ketika dijumpai Esposin di Ngarsopuro, Minggu (23/2).
Menurut Warsini, lembaganya baru kali pertama mengikuti Festival Jenang. Ia menerangkan persiapan sudah dilakukan dua pekan sebelumnya. “Persiapannya satu pekan sebelum Kelud,” tambahnya.
Warsini menjelaskan tiga temannya mempunyai kesamaan yaitu hobi masak. Ia mengaku memasak sendiri jenang yang digunakan untuk memeriahkan Hari Jadi Kota Solo ke-269 tersebut.
“Bikin sendiri, sampai delapan kelapa kami marut sendiri sejak pukul 02.00 WIB. Enggak pesan lho, Cuma dibantu dua orang lainnya. Masaknya gantian karena disambi dandan,” terang dia.
Ia berharap masyarakat dapat terhibut sekaligus dapat melestarikan budaya, salah satunya jenang. “Tegese nguri-nguri budaya. Generasi penerus jadi tahu tentang tempo dulu,” ujarnya.
Terpisah, salah satu pengunjung Festival Jenang, Lisa, mengaku menikmati berbagai jenang yang tersaji. Ia pun mencoba jenang mutioro dan ketan ireng. “Jam 07.00 WIB sudah di sini, sekalian car free day,” terang warga Serengan, Pasar Kliwon tersebut.
Ketua Panitia Festival Jenang Solo 2014, Heru Mataya, menjelaskan peserta tahun ini meningkat dari pada tahun lalu. Ada 17.000 takir. “Tahun lalu hanya 62 stan, sedangkan tahun ini ada 102 stan. Jenis jenangnya juga bertambah, sekarang ada 17 jenang,” ungkap dia.
Menurut Heru, animo masyarakat tahun ini juga lebih besar. “Ribuan orang memadati Festival Jenang. Dari luar kota juga banyak, seperti Jogja dan Pekalongan. Bahkan, ada pula wisatawan mancanegara,” paparnya.
Heru menerangkan dana Festival Jenang bukan dari APBD, tapi bekerja sama dengan Yayasan Jenang Indonesia. “Didukung dari kelurahan, kecamatan, dinas, dan pihak-pihak swasta,” tambahnya. Menurut dia, persiapan sudah dilakukan empat bulan sebelumnya.