Promosi Gaet Vidi Aldiano, BRI Edukasi Masyarakat Hindari Modus Penipuan Lewat Lagu
Esposin, SOLO -- Meski berpendidikan sarjana (S1) dan mengaku telah merencanakan kehamilan sebaik mungkin, AN, 25, tidak tahu bila lingkar lengannya (LiLA) yang kecil bisa berdampak pada kehamilannya.
Itu sebabnya bila dibiarkan, kata dokter pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) setempat, ia berisiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Jurnal Kebidanan Indonesia Vol. 14 berjudul Hubungan Antara Lingkar Lengan Atas (Lila) Ibu Saat Hamil Dengan Pertumbuhan Anak juga menyimpulkan adanya hubungan signifikan antara LiLA ibu saat hamil dengan pertumbuhan (berat badan per umur) bayi. “Baru tahu semuanya ya pas hamil karena sering mengobrol sama dokter di puskesmas,” katanya kepada Espos, Minggu (21/7/2024) pagi.
Berat badan AN naik tiap bulan. Namun LiLA-nya belum sesuai dengan apa yang disarankan dokter. Ia juga rawan kekurangan energi kronis (KEK) sebab kerap lelah berlebih dan stres, kurang tidur. “Aku dapat program Pemberian Makanan Tambahan [PMT], sehari tiga kali minum vitamin. Ya harus terbiasa biar anakku tidak stunting,” katanya.
Apa yang terjadi pada AN menggambarkan risiko stunting atau tengkes bisa mengintai siapa saja. Dokter spesialis anak dan Ketua Tim Penurunan Stunting RS Kasih Ibu Solo, Dikahayu Alifia Anugrah mengatakan nutrisi yang tidak memadai menjadi penyebab utama tengkes. “[risiko] Stunting didukung juga oleh faktor pengetahuan dan nutrisi ibu hamil,” kata Dika kepada Espos via telepon Minggu.
Upaya mengurangi risiko tengkes juga harus berlanjut setelah anak lahir. Misalnya pembiasaan anak tidur sebelum pukul 22.00 WIB sangat baik untuk meningkatkan growth hormon dan berpengaruh pada pertumbuhan terutama tinggi badan anak.
Selanjutnya, penting menerapkan pola asuh yang baik meliputi asah, asih, asuh. Asah yakni memberikan stimulasi sesuai usianya. Asih yakni saling memberi kasih sayang antara orang tua dan anak. Asuh artinya memberikan nutrisi yang memadai meliputi asi eksklusif, MP-ASI yang bergizi, pengobatan saat sakit, kebersihan lingkungan, tempat tinggal dan pakaian.
Begitu juga saat remaja. Calon ibu harus mempersiapkan diri untuk mengurangi risiko tengkes, dengan cara makan makanan yang bergizi, menjaga kebersihan diri, dan diberikan tablet tambah darah secara rutin. Dika juga menggarisbawahi pentingnya sanitasi dan kebersihan tempat tinggal dalam intervensi stunting.
Tertib Data
Terpisah, Dokter Spesialis Anak RS JIH Solo, Lucy Endang Savitri menggarisbawahi pentingnya tertib data dalam penanganan stunting. Meliputi penetapan diagnosis, pencatatan, monitoring, dan evaluasi. Sejauh pengalamannya, ia pernah mendapati anak yang didiagnosis tengkes karena tinggi badan pendek. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, anak tersebut tidak tengkes.
Apa yang disampaikan Lucy penting dilakukan. Sebab dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, salah satu rencana aksi nasional yang dilakukan adalah surveilans keluarga berisiko tengkes dan audit kasus tengkes.
Surveilans digunakan sebagai pertimbangan pengambilan tindakan yang dibutuhkan dan audit kasus bertujuan mencari penyebab terjadinya kasus tengkes. “Remaja bisa memulainya. Terutama mencegah anemia, perbanyak zat besi, siap jadi ibu [menyiapkan kehamilan sebaik mungkin],” kata Lucy.
Dilema Pemutusan Rantai Tengkes
Warna merah terlihat mendominasi suatu wilayah di sebuah peta digital. Wilayah tersebut adalah negara Indonesia. Peta merah muncul saat kita menerapkan filter child stunting periode 2018-2022 dengan kolom negara all countries, dan tingkat keparahan stunting atau tengkes sangat tinggi (very high).
Gambaran tersebut merupakan hasil olahan Laporan Global Hunger Index (GHI) atau indeks kelaparan global 2023 yang dipublikasikan Concern Worldwide dan Welthungerhilfe belum lama ini.
Tak hanya Indonesia. Warna merah juga muncul pada negara Etiopia, Nigeria, Timor Leste, dan beberapa lainnya. Itulah deretan negara yang menurut GHI 2023 memiliki prevalensi tengkes pada anak di bawah lima tahun paling parah.
GHI menerapkan standar negara dengan persentase tengkes di atas 30% masuk dalam kategori amat tinggi (very high) tengkes dan ditunjukkan dengan warna merah. Sementara negara dengan kategori tinggi 20-<30 persen dengan warna oranye, menengah 10-<20 persen dengan warna kuning, rendah 2,5-<10 persen dengan warna sage muda, dan sangat rendah < 2.5 persen dengan warna hijau.
Dari laporan GHI, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara dengan prevalensi tengkes sangat tinggi mencapai 30,8 persen. Selisih Indonesia dengan Filipina hanya 1,2 persen. Prevalensi di Filipina 29,6 persen dan sudah tidak termasuk kategori prevalensi sangat tinggi.
Dalam laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), kondisi tengkes merupakan gabungan antara anak dengan status gizi “pendek” dan “sangat pendek”. Ia dapat dikoreksi jika penanganannya dilakukan sebelum atau selama periode emas, yaitu 1.000 hari pertama kehidupan anak. Intervensi juga penting dilakukan sejak dini seperti menyiapkan kondisi gizi dan kesehatan calon ibu.
Indikator Penting
Indeks kelaparan global atau GHI dinilai bisa menjadi sarana memantau apakah negara-negara sudah mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) terkait kelaparan atau zero hunger. Dalam GHI, ada beberapa indikator yang diperhitungkan di antaranya proporsi orang dengan kekurangan gizi, prevalensi wasting balita, dan dan angka kematian balita.
Adapun data angka kematian bayi (AKB) yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan, AKB atau infant mortality di beberapa provinsi Indonesia masih tinggi. Misalnya di Papua, AKB masih berada di angka 38,17 per 1.000 kelahiran.
Meski saat dipersentasekan sangat kecil, AKB merupakan potret kematian bayi sebelum berumur satu tahun per 1.000 kelahiran pada tahun tertentu. Angka ini digunakan sebagai indikator kemajuan tingkat pelayanan kesehatan ibu dan anak. Yang sudah tentu berhubungan erat dengan potensi tengkes pada bayi sejak masa kehamilan.
Selain menghambat pertumbuhan anak, dampak tengkes juga kerap dikaitkan dengan perkembangan otak anak yang tidak maksimal. Kemenkes juga menggarisbawahi betapa tengkes dapat memengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk pada anak. Efek jangka panjang tengkes juga menyeret anak pada risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
World Health Organization (WHO) menuliskan, kelaparan merupakan salah satu masalah utama dunia. Kelaparan dan kurang gizi menjadi lingkaran setan, yang kerap “diwariskan" dari satu generasi ke generasi berikutnya.
“Anak-anak dari orang tua yang miskin sering kali lahir dengan berat badan kurang dan rentan terhadap penyakit. Mereka tumbuh dalam kondisi yang mengganggu kapasitas intelektual mereka sepanjang hidup mereka,” tulis WHO melalui laman who.int.
Lambatnya Penurunan
Penurunan angka tengkes di Indonesia terbilang lambat. Pada 2020, Kalimantan Utara menjadi provinsi dengan prevalensi tengkes tertinggi mencapai 28,7 persen. Sementara pada 2023, Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan prevalensi tengkes tertinggi yaitu 23,2 persen, disusul Kalimantan Barat 17,5 persen dan Nusa Tenggara Timur 17,4 persen.
Di Jawa Tengah, penurunan prevalensi tengkes selama empat tahun dari 2020-2023 hanya empat persen. Dari 13,1 persen pada 2020 menjadi 9,1 persen pada 2023. Artinya, satu dari 10 anak berusia lima tahun di Jawa Tengah mengalami tengkes pada 2023.
Padahal pada 2023, mulanya pemerintah menargetkan penurunan tengkes sebesar 3,8 persen. Namun kenyataannya, prevalensi tengkes pada 2023 hanya mampu turun 0,1 persen dibanding 2022. Atau dari 21,6 persen menjadi 21,5 persen pada 2023.
Bahkan pada 8 Mei 2024, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaku pemerintah belum menemukan implementasi penurunan prevalensi tengkes yang tepat.
Sementara itu, Indonesia menargetkan menurunkan prevalensi tengkes menjadi 14 persen pada 2024. "Masalah eksekusi di lapangannya, implementasi di lapangannya, itu belum ketemu model implementasi di lapangan yang pas. Nah itu yang sekarang sedang kita cari model pas-nya itu apa," katanya di Jakarta, dikutip dari Antara.