SOLO—Cairan dalam jeriken yang diamankan tim Puslabfor Mabes Polri, Minggu (28/10/2012), dari rumah kontrakan terduga teroris Jl Lawu Timur IV, Mojosongo, Jebres, Solo, dikatakan sebagai bahan peledak yang memiliki daya dua kali lebih kuat dibanding bom Bali II.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Hal itu diterangkan Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in kepada wartawan, Senin (29/10/2012).
“Informasi yang disampaikan tim Puslabfor Mabes Polri, kekuatan ledakan [dari bahan yang diamankan di Mojosongo itu] dua kali lebih kuat dibanding bom Bali II. Bom Bali II dikatakan level enam dan yang di Solo ini level 12,” ujar Asjima’in.
Meskipun demikian, Asjima’in mengaku belum mendapat keterangan detil mengenai jenis cairan tersebut. Namun berdasarkan informasi yang diterima Esposin dari sumber internal Polresta Solo, bahan kimia yang dimaksud berjuluk nitoglycerin.
Menurut penelusuran Esposin, Nitroglycerin juga dikenal sebagai trinitrogliserin dan glyceryl trinitrate, yakni sebuah senyawa kimia, cairan peledak yang berat, tak berwarna, beracun, berminyak dan diperoleh dari menitratkan glycerol. Senyawa tersebut digunakan dalam pembuatan peledak, terutama dinamit, serta digunakan dalam industrik konstruksi dan penghancuran.
Asjima’in menegaskan lokasi penemuan bahan kimia dimaksud tetap dipasangi garis polisi. Hal itu bertujuan menunggu tuntasnya penyelidikan tim Puslabfor di tempat tersebut.
Saudara
Mengenai kegiatan sejumlah terduga teroris di kawasan Jl Lawu Timur IV, Asjima’in menjelaskan pihaknya telah mengendus hal itu sejak tiga bulan lalu. Dia mengatakan mendapat informasi langsung dari saudara-saudara terduga teroris. Namun secara spesifik, Ajima’in tak menyebut keluarga terduga teroris atas nama siapa yang dimaksud itu.
“Dia [terduga teroris di Jl Lawu Timur IV] enam bersaudara. Saudara-saudaranya tak bisa menyadarkan dan menginformasikan kepada kami. Bahkan pimpinannya juga meminta ditangkap saja [terduga teroris itu],” beber Asjima’in.
Namun, lanjut dia, polisi tak bisa melangkah tanpa berdasarkan bukti. “Kami kerja berdasarkan bukti. Jika sekadar latihan [fisik] belum bisa dijerat,” tambahnya.
Disinggung mengenai keterangan sumber Esposin mengenai sepak terjang para terduga teroris yang sering mengikuti sweeping, Asjima’in tak mengelaknya. Kegiatan sweeping dijelaskannya tetap digelar kelompok itu bila polisi tak melakukan tindakan terhadap target operasi kelompok itu sendiri.
“Mereka kan hit and run. Jadi dalam hal ini Polri menjalin kerjasama. Secara preventif sudah kami lakukan. Sudah ada kesepakatan dengan tokoh-tokoh di lapangan. [Mereka menyatakan] jika polisi tak ada tindakan, mereka lakukan tindakan,” tukasnya.
Asjima’in menegaskan upaya preventif terhadap kasus yang dimaksud oleh kelompok tersebut tetap dilakukan lewat patroli-patroli gabungan bersama tentara, Satpol PP sebagai penegak Perda. Upaya itu dilakukan di waktu yang dinilai rawan.