Esposin, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukan pemetaan wilayah atau mapping dan melihat daerah-daerah pertanian yang berpotensi terkena banjir sebagai dampak La Nina.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
"Kita punya mapping daerah rawan banjir, bersama BMKG, jadi nanti data itu yang kita pakai untuk melakukan pencegahan dampak dari kebanjiran, sehingga kita bisa meminimalisirnya," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Hary Priyono, di Kompleks Kementan, Jakarta, Senin (4/1/2016).
Hary mengakui La Nina memang menjadi ancaman yang harus dihadapi pada awal tahun 2016 ini setelah sebelumnya Indonesia mengalami bencana kekeringan akibat dari badai El Nino.
"Di beberapa daerah ada yang mulai banjir, justru yang kita pikirkan bagaimana mengompensasi area yang terkena banjir. Kita cadangkan agar daerah yang setelah banjir kita rehabilitasi untuk bisa ditanam kembali," ujar dia.
Selain itu, Kementan juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengeruk sedimen sungai-sungai yang melewati areal persawahan.
Ia menambahkan Kementan telah mengalokasikan anggaran untuk antisipasi bencana karena gelombang panas atau El Nino. "Kita alokasikan untuk pembangunan embung, dam parit, long storage, sumur tanah dangkal dan sumber-sumber air lainnya sebanyak 3.500 unit dengan nilai Rp350 miliar," beber dia.