SEMARANG- Kenaikan buruh terus mendapat reaksi penolakan. Mulai dari kalangan DPR, buruh dan masyarakat. Buruh di Kota Semarang pun ikut meminta harga bahan bakar minyak (BBM) tidak mengalami kenaikan. Alasannya bisa menambah beban tidak hanya buruh tetapi juga pengusaha.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
"Jika harga BBM naik, maka beban buruh semakin berat terkait biaya transportasi dan biaya produksi perusahaan tentu juga ikut naik," kata Koordinator Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang) Jawa Tengah Prabowo Luh Santoso di Semarang, Kamis (1/3/2012).
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengusulkan dua opsi terkait pengurangan besaran subsidi penjualan bahan bakar minyak.
Opsi pertama, manaikkan harga jual eceran premium dan solar sebesar Rp1.500 per liter, sedangkan opsi kedua, pemerintah tetap memberikan subsidi pada harga eceran BBM dengan maksimal Rp2.000 per liter untuk BBM jenis premium dan solar.
"Sebenarnya kami sudah berkali-kali menyampaikan agar dalam penentuan upah harus memperhatikan kemungkinan adanya kenaikan BBM, tetapi tidak dipedulikan," katanya.
Prabowo mengatakan sebenarnya buruh berharap harga BBM bisa turun, bukan justru mengalami kenaikan seperti yang direncanakan pemerintah.
"Jika kemudian, akhirnya BBM naik kami akan mengajukan revisi besaran UMK karena kenaikan harga BBM bisa perpengaruh terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya," katanya. Antara