Esposin, SOLO--Buku-buku pelajaran yang digunakan di sekolah mulai Tahun Ajaran 2016/2017 harus mencantumkan identitas penulisnya secara jelas. Hal tersebut ditegaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, ketika ditemui wartawan sesuai pembukaan Solo Book Fair 2016 yang digelar di Benteng Vastenburg Solo, Selasa (3/5/2016).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Langkah tersebut dilakukan untuk mengantisipasi munculnya permasalahan jika dalam buku-buku pelajaran terdapat materi atau kata-kata yang tidak layak bagi anak-anak. Anies menilai selama ini dalam buku pelajaran, identitas penulisnya tidak jelas. Hal inilah yang menyebabkan buku yang sudah beredar tidak bisa dikoreksi oleh pembaca.
”Selama ini pembaca tidak pernah bisa berkomunikasi dengan penulis. Namun jika identitas penulisnya jelas, seperti nama, alamat, nomor telepon, keterangan tentang keahlian, hingga curiculum vitae, sehingga isi buku dapat dikoreksi dan penulis bisa berkomunikasi dengan pembaca,” paparnya.
Untuk itu pihaknya sudah meminta agar penerbit atau editor bisa mencantumkan data penulis buku terkait. ”Kenapa selama ini banyak ditemukan buku pelajaran dengan konten buruk, itu karena tidak ada komunikasi dengan pembaca. Selama ini paling identitasnya hanya ditulis tim penulis atau percetakan yang mengeluarkan. Kalau seperti ini kan pembaca tidak bisa memberikan kritik maupun feedback,” tandasnya.
Penulisan identitas yang lengkap ini nantinya dapat mencegah masuknya buku dengan kualitas buruk ke sekolah. Selain itu hal ini juga membantu Kemendikbud dalam meningkatkan mutu buku pelajaran yang ada di sekolah.
Sementara itu, Solo Book Fair 2016 yang diselenggarakan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) bekerja sama dengan sejumlah pihak, akan digelar hingga Senin (9/5/2016).