Esposin, SOLO – Sejumlah pihak masyarakat merasa gelisah dengan kemunculan buku kontroversial, Saatnya Aku Belajar Pacaran, karya Toge Aprilianto. Bagaimana tanggapan psikolog tentang hal ini?
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Buku yang mengundang kontroversi masyarakat, Saatnya Aku Belajar Pacaran telah dirilis sejak empat tahun lalu. Tahun ini, kabarnya memasuki cetakan kedua. Namun, sebelum cetakan kedua tersebut meluas di Indonesia, pihak berwajib berupaya menciduk penulisnya, Toge Aprilianto.
Terkait dengan kemunculan Saatnya Aku Belajar Pacaran tersebut, psikolog Rani Dahnan menyatakan rasa terkejutnya atas konten yang ada di dalam buku.
“Ketika saya melihat, kaget ya. Bagaimana mungkin ada buku dengan konten seperti ini?” kata Rani pada reporter Kabar Siang, Kamis (15/2/2015), pukul 14.00 WIB.
“Memang banyak fenomena anak hamil di luar nikah, tapi bukan berarti kita harus mengikuti apa yang terjadi dengan seolah melegalkan perbuatan tersebut. Justru, semestinya kita harus meluruskan kesalahan tersebut,” lanjut Rani.
Menurut Rani, buku tersebut tidak sesuai dengan kultur Indonesia yang menjunjung tinggi agama dan sopan santun.
“Kita negara NKRI memiliki dasar agama. Setiap buku akan menularkan ideologi penulisnya. Saya tidak tahu pasti apakah itu terjemahan atau memang menggunakan panduan buku dari luar negeri. Tapi, apapun itu, seharusnya disesuaikan dengan kultur bangsa dan bagaimana fenomena remaja zaman sekarang.”
Terkait dengan pamahaman anak pada isi buku, Rani Dahnan mengatakan setiap orangtua harus mengawal perkembangan anak. Ketika menghadapi kasus seperti ini, orangtua sebaiknya memberi pengertian pada anak secara pelan-pelan, agar anak mengerti.
“Sebagai orangtua, kita harus mengikuti perkembangan anak, sehingga kita tahu hot issue saat ini. Nah, dari hot issue itu, lalu kita diskusikan agar semua dapat diluruskan,” tegas Rani.