Budidaya lebah madu semakin sulit karena keberadaan tanaman penghasil nektar terus berkurang
Harianjogja.com, SLEMAN – Sumber pakan lebah berupa tanaman penghasil nektar keberadaanya semakin berkurang dari tahun ke tahun. Hal ini mengemuka dalam kongres pertama Masyarakat Perlebahan Indonesia yang digelar di Grha Sabha Pramana UGM, belum lama ini.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Ketua Perkumpulan Perlebahan Jawa Tengah, Hengki Febriyanto mengatakan hingga saat ini upaya budidaya tanaman pakan lebah seperti kapuk randu tidak banyak dilakukan. Hal ini dikarenakan penanaman pohon kapuk randu kurang memberikan nilai ekonomis bagi petani.
“Tanaman kapuk randu yang bunganya potensial untuk pakan lebah populasinya menurun. Tidak banyak yang mau menanam karena tidak bernilai tinggi,” jelas Hengki disela-sela acara.
Hengki mengajak agar pemerintah membantu peternak dalam penyediaan pakan lebah ini. Salah satunya dengan pengembangkan tanaman pakan di kawasan hutan.
Ketua Masyarakat Perlebahan Indonesia, Prof. Ali Agus mengatakan bahwa pengembangan lebah madu secara intensif sangat diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan madu nasional yang selama ini masih dipenuhi dari impor dari luar negeri.
Dia mengaku belum majunya usaha perlebahan Indonesia dikarenakan masih adanya salah pengertian dimasyarakat terkait usaha ternak lebah. Sebagaian besar masyarakat masih menganggap bahwa lebah merupakan hewan pengganggu dan perusak tanaman.
“Saat akan panen, justru lebah diusir petani karena dianggap mengganggu. Padahal justru membantu penyerbukan tanpa meninggalkan hama seperti halnya serangga yang meninggalkan ulat penganggu,” kata Ali.
Disamping itu, semakin berkurangnya luasan lahan tanaman penghasil bunga untuk pakan lebah sangat mempengaruhi produksi madu nasional. Sehingga tidak mengherankan apabila saat ini Indonesia harus mengimpor madu untuk memenuhi kebutuhan madu nasional.
“Peternak lebah pun harus menghadapi kompetisi yang tajam dengan produk madu impor baik di segi kualitas maupun kuantitas. Kalau tidak mampu bersaing sangat mempengaruhi kesejahteraan peternak lebah,” terang Ali.
Pemerhati perlebahan, Susilowati mengatakan bahwa saat ini belum ada upaya khusus yang dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pakan lebah. Selama ini yang dilakukan hanya dengan menggembalakan lebah dari satu tempat ke tempat lain yang tersedia sumber pakan lebah.
“Lebah dari hutan randu Jawa Tengah di pindahkan ke kawasan hutan randu di Jawa Timur lalu di pindah ke kebun rambutan di Jawa Barat. Sekarang yang dipikirkan mau pindah kemana lagi, bukankah lebih baik ada pengembangan dengan alternatif pakan yang lebih baik,” jelas Susilowati.
Ia meyakini apabila dilakukan pengembangan tanaman pakan lebah dengan baik nantinya dapat meningkatkan produksi madu nasional. Ditambah lagi dengan madu yang bisa diperoleh di kawasan hutan di luar Pulau Jawa.