Esposin, SOLO — Bank Indonesia (BI) Solo menerapkan program smart market untuk mengedukasi pedagang dan masyarakat guna meningkatkan program clean money policy.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Kepala BI Solo, Bandoe Widiarto, mengungkapkan program ini telah berjalan selama dua bulan yang menggandeng Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo. Dia mengatakan layanan penukaran uang lusuh dan rusak yang dilakukan ke pasar kurang berjalan maksimal.
Oleh karena itu, lurah pasar digandeng untuk membantu sosialisasi, mengkoordinir, dan mengumpulkan pedagang maupun masyarakat yang ingin menukatkan uang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
“Uang lusuh dan rusak di pasar masih banyak. Padahal pasar merupakan salah satu sumber peredaran uang di masyarakat sehingga harapannya uang yang diberikan ke pembeli adalah uang bagus dan layak edar,” ungkap Bandoe, Senin (5/12/2016).
Dia mengatakan Pemkot Solo memiliki program mengembalikan pasar sebagai jantung ekonomi dan destinasi wisata. Oleh karena itu, uang yang digunakan untuk bertransaksi diharapkan juga lebih baik dan layak.
BI Solo juga berencana membuat 3D corner di pasar tradisional untuk mengidentifikasi keaslian uang. Alat pemeriksa keaslian uang ini dibuat permanen sehingga bisa digunakan oleh pedagang dan pembeli yang ingin mengecek keaslian uang. Hal ini diharapkan mampu menekan peredaran uang palsu (upal) di masyarakat.
“Penemuan upal paling banyak tetap dari bank dari rata-rata temuan upal 5.000 lembar/tahun. Meski begitu, masyarakat diharapkan juga semakin sadar dan membantu penurunan peredaran upal,” kata dia.
Mantan Kepala BI Tegal ini mengatakan 3D corner tidak hanya berisi alat pengecekan keaslian uang tapi juga papan informasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (cikur).
Menurut dia, uji coba ini baru dilakukan di Solo di pasar tradisional dengan transaksi tinggi, seperti Pasar Gede dan Pasar Legi. Apabila dinilai cukup efektif, jumlah 3D corner akan ditambah, tidak hanya di Solo tapi Soloraya.