Esposin, BANDA ACEH -- Batu giok 20 ton yang ditemukan di di kawasan hutan lindung Nagan Raya, Aceh, menimbulkan konflik warga sekitar. Batu tersebut akhirnya dibelah Pemerintah Nagan Raya Aceh menggunakan delapan mesin. (Baca Juga: Batu Giok Dibelah, Penemu Stres)
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Masyarakat Desa Pante Ara, Kecamatan Beutong yang menemukan tidak mengambil batu karena ada aturan larangan menambang. Sedangkan masyarakat desa tetangga berusaha mengambil secara diam-diam.
Sempat terjadi ketegangan antara kedua kelompok masyarakat. Polisi yang mendapat informasi tentang konflik ini kemudian diterjunkan ke lapangan untuk mengamankan batu raksasa tersebut.
"Sesuai putusan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) batu tersebut kita belah. Alasannya untuk mencegah konflik antar warga," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Nagan Raya, Samsul Kamal, sebagaimana dikutip dari Detikcom, Rabu (25/2/2015).
Selain itu, batu terpaksa dibelah agar dapat diamankan karena untuk menuju lokasi tidak dapat membawa alat berat. Batu yang sudah dibelah selanjutnya diangkut oleh puluhan warga ke posko utama.
Dari posko, giok ini dibawa ke Suka Makmue, pusat ibukota Nagan Raya dan rencananya akan disimpan di rumah ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) yang tidak terpakai.
"Alasan disimpan di rumah tersebut karena lebih aman. Jadi hingga kini batu yang sudah berhasil dipotong kita bawa ke sini," jelasnya.
Proses pemotongan batu sudah dilakukan sejak Sabtu 21 Februari lalu. Hingga sore kemarin, jumlah giok yang sudah berhasil dibelah mencapai 5 ton. Samsul memperkirakan membutuhkan waktu sekitar 15 hari untuk membelah giok raksasa tersebut.