by Jafar Sodiq Assegaf Jibi Solopos - Espos.id News - Selasa, 25 November 2014 - 00:41 WIB
Asisten cantik Susi Pudjiastuti meramaikan linimasa. Namanya, Fika Fawzia. Fika memang selalu hadir menemani Susi. Fika tak kalah gesit dengan bosnya. Dia sudah menemani Susi beberapa pekan ini. Pakaiannya modis dan rambut sebahu membuat Fika juga menjadi pusat perhatian, tentu setelah ibu Susi.
Sehari muncul di media Fika sudah jadi perbincangan netizen. Bahkan di situs berbagi video, Youtube slide foto Fika sudah bisa dinikmati. Fika juga muncul di sejumlah blog dan forum Internet.
Kemunculan Fika juga membuat media mencari-cari akun jejaring sosial dan blog pribadinya. Fika diketahui menggunakan blog fikafawzia.worpress.com. Sejumlah tulisan dikutip salah satu media massa.
Kutipan itu dinilainya tidak tepat. Fika akhirnya menuliskan klarifikasi terhadap pemberitaan sebuah media online yang menurutnya berjudul keliru, dan mengutip tanpa izin dengan terjemahan yang tidak benar.
"Hak Jawab saya untuk artikel yang beredar mengenai tulisan di blog saya yang disadur tanpa izin," tulis Fika melalui akun Twitter-nya, Minggu (23/11/2014) malam, dengan mencantumkan tautan ke tulisan di blognya tersebut. Dalam artikel itu Fika menegaskan loyal terhadap negara dan tidak berafiliasi politik dengan siapapun.
”Blog pribadi saya ini sebagai kumpulan analisis dan tulisan opini sebagai seorang peneliti kebijakan publik,” tulisnya. Fika juga mengungkap blognya telah diterjemahkan dengan sembarangan. Bahkan dia menyindir wartawan yang mengutip tulisannya menggunakan aplikasi Google Translate.
”Jika ada yang ingin mengutipnya, mereka harusnya punya norma untuk mengontak saya sebelum memublikasikan di tempat lain,” katanya.
Fika menilai penggunaan judul oleh media yang telah mengutipnya keliru.
“Itu adalah sebuah analisis dari gaya kepemimpinan Presiden Jokowi, pilihan kebijakannya dan penunjukan menteri-menterinya. Saya merasa terganggu dengan bagaimana media menonjolkan "gembar-gembor" pengumuman menteri ketimbang pertimbangan di balik keputusan itu. Sebagai warga yang bertanggung jawab, kita harus menerapkan pola pikir kritis dan mengawasi bagaimana pemerintah menerapkan kebijakannya demi memastikan mereka bekerja untuk kempentingan kita (rakyat) dan bukannya kepentingan elite politik/pengusaha,” urainya.