Informasi yang dihimpun Esposin, peningkatan aktivitas Merapi tersebut terjadi sekitar pukul 13.00 WIB. Peningkatan aktivitas itu ditandai dengan gempa vulkanis disertai suara gemuruh dari puncak Merapi.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Tidak berselang lama kemudian, warga yang tinggal sekitar 7 Kilometer dari puncak merapi seperti Desa Sidorejo dan Balerante, Kecamatan Kemalang merasakan dampak hujan pasir dan abu.
Ribuan warga pun langsung berlarian menuruni lereng Merapi menuju beberapa titik kumpul evakuasi. Titik kumpul tersebut yakni di lapangan Keputran, Kecamatan Kemalang, Koramil Manisrenggo hingga ke barak pengungsian yang ada di Kebonarum.
Sejumlah truk pasir yang sedang mencari pasir pun juga kocar-kacir meninggalkan areal penambangan di lereng Merapi. Sementara, di titik-titik jalur evakuasi terlihat puluhan sukarelawan, polisi, TNI, hingga petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten yang berjaga di lokasi.
Sekitar pukul 14.12 WIB, hujan abu dengan intensitas tebal sempat terjadi. Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah daerah yang memiliki jarak radius 20 Km dari puncak Merapi tertutup hujan abu vulkanis.
Kepala BPBD Klaten, Sri Winoto, memaparkan ada sekitar 4.000 warga yang sempat mengungsi. Ribuan warga tersebut di antaranya berasal dari Desa Balerante, Panggang, Kendalsari, Bawukan, Sidorejo, Bumiharjo, Tlogowatu dan Dompol.
“Ada sekitar 4.000 warga lereng Merapi yang sempat mengungsi karena takut terjadi erupsi Merapi,” paparnya kepada wartawan di lokasi, Jumat.