“Dalam pertemuan tadi ada pembicaraan banyak hal, utamanya perkembangan di kawasan. Beliau [Tony Blair] ingin mendengarkan pandangan Presiden [RI] atas masalah Timur Tengah dan bagaimana perkembangan di Syria [Suriah], bagaimana penanganan masalah ISIS, bagaimana konstelasi perkembangan di kawasan, apakah itu di Eropa Timur dengan Ukraina dan bagaimana kerja sama ASEAN," papar Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah kepada wartawan.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Seperti kerap diberitakan, Daulah Islam Irak dan Syam yang dalam bahasa Inggris biasa disebut Islamic State of Iraq and Syams (ISIS) atau Islamic State of Iraq and The Levant (ISIL) memicu krisis dengan mengambila lih kekuasaan atas sebagian wilayah Irak dan Suriah. Krisis itulah yang menurut Faizasyah termasuk sebagai salah satu pokok bahasan kedua tokoh dunia itu.
Dijelaskannya, pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan Tony Blair ini merupakan kali ketiga, kedua tokoh tersebut bertemu. Keempat kali pertemuan itu tercakup kala Tony dalam kapasitas sebagai utusan khusus negaranya maupun dalam kapasitasnya sebagai tokoh dunia.
Dibawa ke AS Pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan Tony Blair berlangsung selama sekitar satu jam lebih. Presiden didampingi oleh Menlu Marty Natalegawa dan sejumlah pejabat lain.
Terkait dengan konflik antara Ukraina dan Rusia, Faizasyah mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono memberikan pandangan bahwa Rusia harus tetap dirangkul. "Rusia harus tetap dirangkul karena banyak masalah global yang tidak bisa diselesaikan apabila negara seperti Rusia dipinggirkan," kata Faizasyah mengutip Presiden SBY.
Faizasyah mengatakan dalam waktu dekat Tony Blair akan mengunjungi Amerika Serikat (AS) dan juga akan bertemu dengan pemimpin negara besar lain di dunia. Pandangan Presiden Yudhoyono terkait dengan sejumlah isu tersebut menjadi salah satu yang bakal dibawanya dalam pertemuan-pertemuan tersebut.