Esposin, SOLO -- Enam siswa SMP Negeri 13 Solo berteriak histeris diduga karena kesurupan saat kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, Kamis (26/10/2017). Hal tersebut dialami siswa kelas VII dan kelas IX.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Akibat kejadian itu sekolah terpaksa memulangkan seluruh siswa lebih awal. Berdasarkan informasi yang dihimpun Esposin, awalnya salah satu siswa tiba-tiba pingsan pada jam pertama KBM.
Kemudian, satu hingga lima siswa di kelas lain berteriak histeris sambil meronta-ronta. Kejadian ini begitu cepat terjadi dan berpindah dari satu siswa ke siswa lainnya. Keenam siswa tersebut langsung dibawa ke musala sekolah.
Peristiwa ini otomatis membuat siswa lain yang semula akan membantu temannya menjadi ketakutan. Sekolah kemudian mendatangkan ulama untuk membantu menenangkan siswa tersebut. Sejumlah guru dan petugas kepolisian ikut membantu menenangkan siswa.
Para guru dan ulama membacakan ayat suci Alquran sambil mengelus-elus kepala keenam siswa. Sedangkan semua siswa diminta masuk ke ruang kelas masing-masing untuk menggelar doa bersama.
“Tadi langsung membaca ayat kursi, Al Fatihah dan surat-surat pendek lain,” kata salah satu siswa Ela kepada Esposin.
Saat itu, dia mengatakan suasana sekolah menjadi tegang dan terdengar suara teriakan dari siswa diduga kesurupan tersebut. Untuk menghindari lebih banyak siswa yang kesurupan, sekolah memulangkan seluruh siswa lebih awal.
“Kejadian dari jam pelajaran pertama sampai habis istirahat sekitar pukul 09.00 WIB. Pukul 11.00 WIB sudah dipulangkan, padahal harusnya pulangnya pukul 14.00 WIB,” katanya.
Siswa kelas IX, Ani, mengaku tidak merasa takut atas kejadian tersebut. Menurut dia, kejadian ini baru kali pertama terjadi di sekolahnya. Dia tak memungkiri sebulan sebelum kejadian kerap terjadi hal-hal aneh di sekolahnya. “Ada siswa yang pingsan setiap hari sebulan terakhir ini,” katanya.
Sementara itu pejabat sekolah enggan memberi komentar mengenai kejadian tersebut. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Yulius Widiatmojo, beralasan tak ingin menimbulkan keresahan di masyarakat. “Memang benar [ada kesurupan]. Tapi sudah kami atasi,” kata dia singkat.