Esposin, SOLO -- Balai Litbang Agama Makassar meneliti kisah lima ulama besar di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Ulama yang dimaksud yakni tokoh agama, intelektual yang mendapatkan social respect dari masyarakat atas pengetahuan, dedikasi, dan gerakan mereka terhadap pengembangan keagamaan.
Di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, ulama mendapatkan gelar annagguru, anreguru/anregurutta, anrongguru yang berarti orang-orang tempat berguru.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Dalam riset itu ditemukan tiga jenis ulama, yakni:
Ulama intelektual dengan tokoh Dr. Muhammad Nawawi Yahya. Disertasinya tentang zakat berjudul Az-Zakah wa an Nudzum al ijtimaiyah al muasyitah merupakan sumbangan penting dalam gerakan intelektual Islam Indonesia.
Ulama pemimpin organisasi dengan tokoh AGH Prof. Dr. Rafii Yunus. Ia merupakan pemimpin ormas berbasis pesantren As'adiyah sejak 2002 hingga meninggal pada 2018.
Ulama Organik
Ulama organik yakni ulama yang hidup di wilayah kecil bahkan pinggiran tetapi berhasil menjadi soko guru pengembangan Islam di wilayah setempat. Ulama yang masuk ke dalam kategori ini ada tiga:Kyai Saleh Thaha, seorang hakim agama yang mendalami hukum adat Bugis.
Annanggur H. Djalaluddin, ulama politikus yang menjadi anggota legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan dua periode. Pensiun dari politik, ia lalu menjadi guru kitab kuning.
Anrongguru H. Hijazi, tokoh agama Gowa yang menjadi Rois Syuriah PC NU Gowa 1957-1977. Ia mengabdikan hidupnya di Masjid Jami' sebagai imam dan ustaz.